11 Juli 2008

19 Radio Kehilangan Mitra Siaran dari Singapura

Sebanyak 19 stasiun Radio di Indonesia akan kehilangan mitra siarannya di Singapura menyusul ditutupnya siaran Bahasa Indonesia dan Melayu Radio Singapura Internasional (RSI), karena dianggap tidak efektif lagi dari sudut pandang Asia.

RSI yang bernaung di bawah MediaCorp akan mengudara dalam bahasa Indonesia-Melayu untuk terakhir kalinya pada 31 Juli 2008, kata Direktur Program RSI Siaran Bahasa Indonesia dan Melayu, Norshima Azis, dalam penjelasannya kepada wartawan di Medan. Menurut manajemen MediaCorp Singapura, efektivitas siaran radio dengan gelombang pendek (SW) tidak bisa lagi dipertahankan karena perobahan teknologi media dan pilihan pendengar akan sumber informasi, seperti dari internet dan radio FM.

Ia menambahkan, RSI yang mengudara di gelombang SW dalam bahasa Inggris, Mandarin, Melayu dan Indonesia, didirikan pada Februari 1994, dan khusus dalam siaran Bahasa Indonesia dan Melayu memiliki 19 mitra di Indonesia yang me-relay sejumlah program, seperti "Kabar dari Singapura". Sejumlah anak Indonesia tercatat sebagai crew atau pekerja profesional di RSI siaran Bahasa Indonesia-Melayu yang sudah akrab di telinga pendengar dan sumber beritanya di Indonesia, seperti Harry Suhartanto, Aji Rokhadi, Ni Wayan Suryatini, Vina dan Fika Rosemarie. "Kemungkinan kami disebar ke siaran lain atau stasiun TV yang juga berada di bawah MediaCorp Singapura, atau nganggur saja sekalian," kata Fika terkekeh.

Read More ..

07 Juli 2008

Pemancar Radio dan Risiko Leukemia

Sebuah penelitian yang diketuai oleh Dr. Mina Ha dari Dankook University College of Medicine yang dipublikasikan di The American Journal of Epidemiology, semakin menambah pendapat pro dan kontra atas hubungan medan elektromagnetik dengan kanker.

Buangan elektromagnetik bisa dari banyak sumber seperti peralatan rumah tangga, telepon selular, menara transmisi TV dan radio, dan sebagainya. Dalam studinya, peneliti berusaha mendapatkan penilaian yang akurat dari hubungan antara paparan gelombang energi radio pada anak dengan risiko terkena leukemia dan kanker otak. Dua jenis kanker itulah yang paling banyak dijumpai pada anak-anak.

Para peneliti telah mengukur medan magnet dan elektrik di sekitar menara transmisi radio AM di berbagai kawasan di Korea Selatan, menggunakan model matematika untuk memperkirakan paparan radiasi dari menara terhadap lingkungan di sekitarnya. Studi itu melibatkan 1.928 anak dengan leukemia, 956 dengan kanker otak, dan 3.082 anak sehat. Tim Ha menemukan anak-anak yang tinggal kurang dari dua mil dari menara radio, dua kali lebih besar untuk mengalami leukemia limfosit dibanding yang tinggal lebih dari 12 mil jauhnya dari menara.

Ketika para peneliti mengestimasi paparan radiasi menara, diketahui anak-anak yang sedikit paparannya, risiko terkena leukemia juga lebih rendah. Pada anak yang paparannya sedang, risiko terkena penyakit itu sekitar 39 persen, dan pada yang paparannya lebih besar risiko itu meningkat menjadi 59 persen. Tim Ha menyimpulkan, ”Ada efek karsinogenik dari energi yang dipancarkan menara radio AM.” Memang mereka menyatakan bahwa penelitian yang lebih mendalam perlu dilakukan untuk mengonfirmasi penemuan ini, juga untuk mempelajari mekanisme biologis pada proses tersebut.

Namanya juga masih pro-kontra, maka mereka yang bekerja di station radio khususnya harus mencari sumber pembanding lainnya agar tidak panik.

Read More ..