30 November 2008

Radio Award Untuk Insan Radio

Perhimpunan Pengembangan Media Nusantara (PPMN) mempersembahkan untuk pertama kalinya, anugrah khususbagi mereka yang melahirkan mahakarya untuk dunia radio di Indonesia yaitu;

JUSUF RONODIPURO AWARD untuk jurnalistik radio.

Memperebutkan hadiah:
-Magang kerja di Radio Deutsche Welle (DW), Bonn, Jerman ( untuk dua orang)
-Magang kerja di Radio Netherland, Hilversum, Belanda (untuk satu orang)
-Kunjungan Kerja di VOA, Washington, Amerika Serikat (untuk satu orang)
-Dua buah laptop

KEN SUDARTO AWARD untuk iklan radio meperebutkan hadiah:
-Menghadiri ADFEST Tolong disebarkan juga ke teman-teman radio lain.....ya. Gak seru kalo kita bersaing sesama kita aja. Sekalian buat memetakan pesaing kita.

Kategori Lomba:
JUSUF RONODIPURO AWARD-feature radio (tema bebas, durasi 5-30 menit) -wawancara radio ( tema bebas, durasi 5-30 menit)
KEN SUDARTO AWARD-iklan layanan masyarakat (tema bebas, durasi maksimal 60 detik)

Syarat-syarat : karya dilombakan harus disiarkan selama periode 1 Januari- 31 Desember 2008.

Pengirim karya adalah individu (bukan lembaga) - setiap pengiriman karya harus dilengkapi formulir pendaftaran yang bisa diunduh dari website: www.ppmn.or. id atau hubungi panitia melalui e-mail: info@ppmn.or. id, telpon 021-68594538, 021-98279935- Kirimkan hasil karya, teks/script dan formulir pendaftaran dalam CD dan kirimkan ke alamat PPMN: Jl. Utan Kayu 68H 13120, tuliskan Indonesian Radio Award 2008 di sudut kiri atas amplop.

Pengiriman karya paling lambat 20 Januari 2009. Hasil karya yang memenuhi semua persyaratan di atas yang berhak dinilai oleh juri PENGUMUMAN PEMENANG DILAKUKAN DI JAKARTA 12 FEBRUARI 2009

Read More ..

19 November 2008

Radio Era Baru PTUN-kan Menkominfo

Sidang gugatan Radio Era Baru FM Batam mulai digelar di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), Jakarta pada Selasa (18/11). Didampingi kuasa hukum dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pers, mereka menggugat keputusan Menteri Komunikasi dan Informasi serta Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Daerah atas penolakan ijin siaran radio Era Baru FM. "Kami meminta TUN untuk mencabut pembatalan ijin siaran yang dikeluarkan oleh Menkoinfo (Menteri Komunikasi dan Informasi), serta kami melalui majelis hakim meminta kepada Menkoinfo untuk mengeluarkan ijin siaran bagi radio Era Baru FM," ujar Endar Sumarsono, staf Litigasi dari LBH Pers kepada website Era Baru.

Alasannya keputusan Menkoinfo itu tidak transparans dan bertentangan dengan Undang-undang Penyiaran, serta ada unsur intervensi dari Kedutaan Besar China terhadap lembaga penyiaran kita. Sidang tata usaha negara tersebut dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Majelis hakim yang diketuai oleh Wences Laus SH memeriksa kelengkapan dan bukti gugatan terkait dengan masalah Izin Penyelenggaraan Penyiaran (IPP). Pihak tergugat dalam hal ini diwakili oleh dua pengacara dari Biro Hukum Depkominfo. Sementara pihak tergugat dari KPI diwakili seorang pengacara. Sedangkan pihak penggugat diwakili oleh Karnadi yang didampingi dua kuasa hukumnya dari LBH Pers yakni Endar Sumarsono dan Idham Indraputra.

Dalam persidangan yang tertutup untuk umum itu, majelis hakim menyarankan agar KPI Pusat dan KPI Daerah Kepulauan Riau tidak dimasukkan sebagai pihak tergugat karena tidak mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tata usaha negara. Keputusan yang dipersoalkan adalah surat Menkominfo, sehingga tergugatnya menurut majelis hanya Muhammad Nuh. Dari kuasa hukum Menkominfo, majelis hakim meminta penjelasan atas pasal-pasal yang membuktikan bahwa menteri berhak mengambil keputusan menolak ijin siaran radio, dan pertimbangan-pertimbangan yang mereka gunakan untuk tidak memberi ijin kepada radio Era Baru. Begitu juga sebaliknya, pengacara penggugat diminta membuktikan bahwa Radio Era Baru FM memenuhi ketentuan pasal-pasal untuk layak memperoleh ijin siaran. Bila semua ketentuan telah dipenuhi, dan masih ditolak ijinnya, tentu ada indikasi kesewenang-wenangan. Majelis hakim pun menyarankan agar dicari azas-azas dalam Undang-undang Penyiaran yang membuktikan bahwa Menkoinfo telah melanggar ketentuan yang berlaku.

Dalam kapasitas pribadi, ketua majelis hakim juga menyarankan agar masalah itu diselesaikan secara damai meski PTUN tidak memiliki wewenang untuk melakukan mediasi. Setelah kedua pihak memberikan penjelasan panjang lebar, sidang diakhiri dengan mengagendakan sidang berikutnya yang akan digelar pada 1 Desember 2008 mendatang.

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus tersebut berawal ketika ijin siaran Radio Era Baru FM ditolak tanpa alasan yang pasti. Penolakan itu dilakukan melalui KPID Kepri tanpa pemberitahuan secara resmi, hanya diumumkan melalui Harian Batam Pos, pada 5 Desember 2007.

Sebelumnya, radio itu sudah mendapatkan izin dari Dinas Perhubungan Riau pada 2004. Radio Era Baru juga pernah diverifikasi secara faktual dan administrasi oleh KPID Kepri dan akhirnya berhasil mendapatkan Sertifikat Rekomendasi Kelayakan pada 2006. Belakangan Depkominfo melayangkan surat peringatan kepada Era Baru FM untuk menghentikan siaran pada Maret 2008. Penggugat menuding penolakan pemberian IPP karena intervensi dari Kedubes China.

Sebelumnya pada 8 Mei 2007, Kedubes China pernah meminta KPI mengawasi materi siaran Era Baru FM, yang dinilai menyudutkan Pemerintah China. Belum lama ini, KPID Kepri bahkan mengancam akan menyita dan menyegel aset siaran Erabaru FM, dengan tudingan telah merampas frekuensi radio lain. (Milis Media-Jakarta)

Read More ..

17 November 2008

Radio Mercurius Rebut Tiga Kategori Penghargaan KPID Sulsel Award 2008

Radio Mercurius Top FM merebut tiga kategori penghargaan pada malam penganugrahan KPID Sulsel Award 2008. Masing-masing untuk program hiburan radio terbaik, manajemen lembaga penyiaran terbaik (dari sisi tertib administrasi dan pengelolaan), dan penghargaan khusus inspiring programme.

Acara hiburan "Bintang Khatulistiwa" milik radio yang mengudara pada frekuensi 103,4 FM berhasil menyingkirkan pesaing mereka. Untuk penghargaan khusus, Mercurius dengan acara Obrolan Waroeng Kopi yang digelar setiap hari Rabu di Waroeng Kopi Phoenam diberikan bersama dua radio lainnya "Bekas tapi Mulus" (Radio Telstas) dan "Pacarita" (Gamasi FM).

Malam Penganugrahan KPID Award 2008 dilaksanakan di D’Liquid, Clarion Hotel and Convention, Makassar. Hadir dalam acara tersebut Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo, Ketua KPID Sulsel Aswar Hasan, pengelola radio dan televisi se-Sulawesi Selatan, serta tamu undangan. Nuansa berbeda ditampilkan panitia pelaksana dari pelaksanaan penghargaan KPID award sebelumnya.

Selain memberikan penghargaan kepada program siaran radio dan televisi lokal Makassar, penghargaan juga diberikan juga kepada individu atau kelompok yang memberikan sumbangsih terhadap perkembangan radio di Makassar. Adapun tim penilai atau juri terdiri dari KPID dan budayawan Ishak Ngeljaratan serta akademisi Andi Alimuddin Unde. Yang menarik dalam pemberian penghargaan dunia penyiaran di Sulsel adalah persaingan radio dan televisi pemerintah dengan swasta.

TVRI Sulsel berhasil meraih dua penghargaan sebagai televisi dengan program terbaik, kategori hiburan dalam acaranya “Evolution for Your Concert”. Program televisi berplat merah ini menayangkan lagu-lagu daerah sebagai materi andalan hiburan mereka. Sementara program terbaik kategori feature dengan nama program ”Diantara Dua Sisi”. Dengan dua katagori penghargaan tersebut, boleh dikatakan taji televisi pemerintah ini masih sangat layak diperhitungkan dalam persaingannya dalam industri media pertelevisian di Makassar.

Begitu pula dengan RRI yang juga membawa pulang dua penghargaan. Program acara radio terbaik kategori berita yakni "Kunantikan Kearifanmu" dan program radio kategori feature berjudul ‘Asa yang Tak Pernah Sirna di Batu-batu’. Kategori penghargaan yang baru diadakan pada tahun ini adalah lifetime achievement untuk praktisi dan pemerhati. Untuk praktisi diberikan kepada H Abdul Hamid BA dalam perannya sebagai pendiri Radio Gamasi. Almarhum DR Mansyur Semma juga diberikan penghargaan tersebut atas perhatian dan sumbangsihnya dalam kemajuan lembaga penyiaran dan media di Makassar.

Dalam sambutaannya, Gubernur Syahrul mengatakan, sangat memberikan perhatian atas prakarsa KPID membuat kegiatan KPID Award 2008 ini. Dia mengatakan, kemajuan suatu daerah tidak terlepas dari pemberitaan media yang ada di daerah itu termasuk dalam hal ini radio. (KPI)

Read More ..

14 November 2008

KPID Jateng: Genre Format Siaran Masih Jadi Soal

Selama dua hari (12–13/11), KPID Jawa Tengah menggelar Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) di Kabupaten Tegal. Ada empat radio yang mengajukan permohonan izin. Dua radio swasta di antaranya merupakan peralihan izin dari AM ke FM, satu radio peralihan dari izin pemda, dan satu radio komunitas (pramuka) yang baru sama sekali.

Evaluasi diarahkan untuk menilai enam aspek, yakni: aspek pendirian, aspek manajemen dan SDM, aspek program siaran, aspek keuangan, aspek teknis, dan aspek visi, misi serta latar belakang. Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh, selain komisioner sebagai evaluator, dihadirkan pula Kepala Balai Monitoring Frekuensi dan Orbit Satelit Kelas II Semarang, Kepala Dinhubkominfo Provinsi Jateng; Ketua Komisi A DPRD, Ketua MUI, Akademisi dan Kepala Dinhubkominfo dari Kabupaten setempat.

Khusus untuk aspek program siaran, menurut Drs. Amirudin MA, ketua KPID Jawa Tengah, memang masih ditemukan banyak hal yang belum ideal. Padahal aspek ini justru penting mengingat bayangan kepentingan publik haruslah terwujud di bagian ini. Adapun letak ketidak-idealannya yakni; Pertama, dari sisi kebutuhan publik (public necessities).

Radio di manapun tidak boleh lepas dari kebutuhan publik sebagai latar berdirinya radio itu. Rumusnya R = KP atau Radio merupakan pencerminan Kebutuhan Publik (lokal), bukan sekadar replika kebutuhan pemilik dan elite radionya saja. Karenanya, sebelum radio bersiaran, dituntut mampu membaca kebutuhan publik yang nantinya diformulasikan ke dalam format siaran. Publik butuhnya apa ? Kalau informasi, informasi apa; kalau hiburan, hiburan apa ? Dan semua itu sangatlah tergantung pada karakterisitik psiko-sosio-demografis maupun psiko-sosio-geografis masyarakatnya. Idealnya, format siaran merupakan fiksasi dari bangunan kebutuhan publik yang kompleks dan multi-identitas itu. Untuk itu radio diharapkan harus ”bertanya” terlebih dulu kepada mereka, atau paling tidak dapat ”mengintip” kebutuhan mereka. Apa sesungguhnya kebutuhan publik setempat; hal ini penting agar radio kelak benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Jangan sampai radio berlaku ”kasar” merampas hak publik untuk mendapatkan informasi dan hiburan tanpa bertanya lebih dulu kepada mereka.
Melalui riset sederhana (prelimenary studies), saya kira, upaya mendapatkan rancang bangun tentang kebutuhan publik dapat dilakukan.

Kedua, lanjut Amirudin, dari sisi kenyamanan publik (public convinience). Rasa nyaman selalu berkaitan dengan dua hal, yakni tingkat kenyamanan dalam menerima signal; dan kenyamanan berkenaan dengan tata krama, norma, etika, dan hukum yang berlaku di masyarakat. Dua hal itu yang selalu menjadi trigger ada penolakan publik pada radio kalau dua aspek mereka itu terganggu. Publik tentu sangat mengharap ada radio yang mampu memperhatikan dua rasa nyaman itu. Jika format siaran mereka – apalagi didukung dengan kemampuan teknologi penyiaran yang baik – pas dengan harapan akan rasa nyaman publik itu, tentu radio kelak akan mendapatkan pendengar loyalis yang tak diragukan.

Terhadap kedua hal itu, ungkap Amir, radio memang masih sering tergagap-gagap. Subyektivitas radio dalam merumuskan format siaran, masih terlalu menonjol. Itu yang menyebabkan radio selalu gagal merumuskan format siaran yang memiliki genre (aliran) yang unik sesuai kebutuhan dan rasa nyaman publik. Padahal jika setiap radio berhasil merumuskan keunikannya masing-masing dari sisi genrenya, saya yakin mereka tetap dapat survive di tengah persaingan ketat radio. Inilah tantangan bagi radio yang tengah mengurus izin; radio masih kesulitan merumuskan genre siarannya. (KPID Jateng)

Read More ..

09 November 2008

Radio Memberikan Apa Maunya Pendengar

Harian Kompas Minggu : Suatu saat, Radio Kayu Manis, Jakarta, merekrut penyiar muda untuk regenerasi dan memperluas pasar pendengar. Didapatlah beberapa orang, tetapi belum sampai tiga bulan mereka sudah ”kabur”. Alasannya simpel, tidak betah bergaul dengan penyiar lain yang berusia di atas 40 tahun. Sebaliknya, karyawan berusia di atas 60 tahun—sambil nangis-nangis—tidak mau dipensiunkan. Radio Kayu Manis (RKM) FM yang mengudara di frekuensi 97,9 MHz bermaksud memperluas segmen pendengar yang selama ini ada, usia di atas 35 tahun. Dibikinlah acara Gebrak Band Pemula. Penyiar muda dirasa lebih cocok untuk memandu acara ini. Namun, karena tidak ada penyiar baru, Bung Tan (66) pun turun tangan.
Pada akhirnya, andalan RKM tidak jauh beringsut dari acara seperti Pentas Keroncong, Sandiwara Jawa, Sunda, Minang, Gending Jawa, dan Tembang Kenangan. ”Kami memiliki pendengar setia untuk ini. Ada komunitasnya lagi,” kata Direktur Utama (Dirut) RKM Tuning Saroso.

Kenyataan itu berkebalikan dengan Radio Gen, misalnya, yang usia karyawannya antara 25 hingga 30-an tahun. Direktur Utama Gen Adrian Syarkawi berusia 38 tahun. Pasar pendengar yang dibidik Gen (98,7 MHz) yang mulanya berusia 18-35 tahun juga terseleksi menjadi usia antara 20 hingga 24 tahun—usia anak kuliah dan pekerja pemula. Dari sini bisa dilihat, betapa radio saat ini makin tersegmentasi, membatasi usia pendengar dengan membatasi program. Bayangkan jika 1.300 radio di seluruh Indonesia (sekitar 800 yang resmi) menyajikan program yang sama untuk segala usia. Sangat sulit menggaet pendengar setia. Tak heran jika radio makin mempersempit diri. I-Radio atau Indonesia Radio hanya memutar lagu-lagu dari penyanyi Indonesia. Lalu ada Female Radio yang dari namanya sudah ketahuan segmen mana yang dibidik.

Prambors, yang dulu selalu memutar lagu-lagu top 40, kini memutar haluan, yaitu memutar lagu-lagu grup indie. ”Sejak dua tahun lalu, kami memiliki acara Thursday Riot. Ini siaran musik indie secara live dari genre britpop hingga emo,” tutur Program Director Prambors Niken Puspitawangi. Ramako kini berganti nama menjadi Lite FM dengan semboyan the best slow hits station. Bagaimana dengan Elshinta, Suara Metro, hingga RRI? Atau bagaimana dengan radio dangdut semacam Bens, DangdutTPI, dan Megaswara? Tiga radio dangdut itu menempati rating pertama, kedua, dan keempat berdasarkan survei AGM Nielsen terhadap radio-radio di Jakarta. Dangdut di Bens berbeda dengan dangdut di Megaswara. Betapa margin segmen pendengar mereka menjadi makin tipis.

Memberi mau pendengar
Semua radio pasti ingin memuaskan pendengarnya, memberi apa mau pendengar. Gen adalah salah satu yang dengan kesadaran penuh melakukan itu. Alhasil, baru didirikan 9 Agustus 2007 dengan membeli frekuensi Radio Attahiriyah, Gen sudah nangkring di rating satu (radio non-dangdut) berdasarkan survei AGB Nielsen untuk radio di Jakarta. Pendengar Gen mencapai 2,75 juta orang. ”Kami memberi yang sama dari pagi sampai malam, musik dengan human touch. Penyiar tidak banyak omong, hampir tidak ada acara talk show. Orang pencet Gen jam berapa pun, dia akan mendapat sesuatu yang sama,” kata Adrian. Hal ini klop dengan semboyan Gen, yakni suara musik terkini. Iklan pun disesuaikan dengan segmen pendengar. Jika iklan tidak bakal disukai pendengar, Gen tidak segan-segan menolak tawaran iklan. ”Daripada pendengar kabur,” ujar Adrian.

Berkebalikan dengan Gen, Elshinta yang siaran di 90,0 MHz justru tidak sekalipun memutar lagu selama 24 jam siaran. Radio ini menjadi satu-satunya stasiun yang khusus memberi berita dan informasi. Meski sangat membosankan, strategi ini justru membuat radio dengan tagline news and talk ini bertahan di tengah ketatnya persaingan di bisnis siaran radio. Elshinta berada di rating empat (non-dangdut) atau meraup pendengar 2,09 juta orang. Pemimpin Redaksi Radio Elshinta Iwan Haryono mengungkapkan, pemasang iklan rela antre untuk mendapat jatah slot siar. ”Antreannya sampai 3-6 bulan. Ada yang pasang slot iklan untuk lima tahun sekaligus,” katanya. Informasi dari Elshinta juga menjadi salah satu acuan buat warga, pejabat, polisi, dan wartawan media lain. Tidak sekali dua kali kantor berita asing melansir informasi dari radio yang berdiri tahun 1968 ini. Padahal, sampai tahun 1990-an Iwan masih bingung mengembangkan radio yang waktu itu masih radio spesialis musik jazz. Momen kerusuhan Mei 1998 menjadi awal mula radio ini mengarah ke radio berita, hingga akhirnya diresmikan tahun 2000.

Merombak RRI
Jangan bayangkan Radio Republik Indonesia (RRI) saat ini sama seperti RRI zadul alias zaman dulu, radio negara yang didirikan 11 September 1945 itu. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002, RRI adalah lembaga penyiaran publik, satu badan hukum yang didirikan negara untuk kepentingan publik. ”Kami bukan corong pemerintah,” kata Dirut RRI Parni Hadi yang memimpin RRI sejak tiga tahun lalu. Parni menggambarkan dirinya sebagai penjaga kebun binatang yang membuka kandang unta agar sang unta bisa bebas lepas, tidak terkurung dalam kehebatannya sendiri. RRI hebat, tetapi selama ini terpenjara sehingga sumber dayanya tidak berkembang. Program terkini RRI adalah membangun pemancar radio di daerah perbatasan, misalnya di Atambua, Entikong, dan Merauke. RRI masih didengarkan khususnya di daerah. Berdasarkan survei, kata Parni, 85 persen warga di Ende, Nusa Tenggara Timur, mendengarkan RRI. Di Bangka-Belitung, 90 persen warganya mendengarkan RRI. ”Soal jaringan, kami tidak bisa dilawan. Kami memiliki 60 stasiun di Indonesia. Reporternya tersebar di tiap kabupaten bahkan kecamatan,” ujar Parni. Direktur Program dan Produksi RRI Niken Widiastuti mengatakan, RRI memasok kebutuhan pendengar. Maka, lantas ada Programa 1-4. Untuk penggemar menengah-bawah, terutama di daerah, Programa 1 paling disenangi. Yang suka musik dan gaya hidup, putarlah Programa 2. Yang gemar mendengarkan berita, pencet Programa 3.

Maka, seiring pasar yang menyempit, pendengar pun makin fanatik. Sedikit saja radio kesayangan melenceng dari jalur, kritik berdatangan. RKM, misalnya, pernah mendapat protes bertubi-tubi gara-gara menyiarkan iklan obat kuat. Wah, itu memang menyimpang dari semboyan RKM: lembut suaranya manis bisikannya.

Read More ..

Sekali di Udara, Tetap di Udara

Judul di atas secara resmi adalah semboyan milik Radio Republik Indonesia. Namun, kalimat itu secara tepat menggambarkan secara umum dunia penyiaran radio di Tanah Air atau bahkan di seluruh dunia.

Zaman boleh berganti, teknologi baru bermunculan, dan gaya hidup orang pun telah berubah mengikuti segala sesuatu yang baru itu. Namun, ada satu teknologi lawas yang masih dibutuhkan dan digemari orang hingga abad ke-21 ini, yakni radio. Sejak stasiun penyiaran radio mulai didirikan di Inggris dan Amerika Serikat pada periode awal 1920-an, radio telah menjadi sumber informasi dan hiburan publik yang paling cepat dan luas jangkauan penyebarannya. Seiring dengan penemuan radio transistor pada 1950-an, yang membuat pesawat penerima siaran radio menjadi berukuran kecil dan ringan, siaran radio pun makin mudah dan murah untuk diakses. Namun, paruh kedua abad ke-20 menunjukkan kemajuan teknologi yang sedemikian pesat. Kaset, cakram padat atau compact disc, hingga file berformat MP3 dengan alat pemutarnya masing-masing, mulai menggantikan fungsi hiburan radio. Sementara kehadiran televisi, internet, dan SMS pelan-pelan menggusur fungsi informasi radio.
Matikah radio dengan kehadiran teknologi baru itu? Seperti yang kita ketahui bersama hingga detik ini, jawabannya tidak!

Masih dibutuhkan
Lihat saja ke dalam mobil dan perhatikan perangkat hiburan yang terpasang di dalamnya. Pemutar kaset sudah makin jarang ditemui pada perangkat ”tape” mobil terbaru dan diganti dengan pemutar CD, CD berisi file MP3, atau bahkan soket USB untuk menancapkan perangkat memori flash disk berisi berbagai format file audio. Namun, hingga produk ”tape” mobil yang paling baru sekali pun sampai saat ini masih memasukkan fungsi penerima radio untuk kanal AM dan FM. Sistem penerima radio FM pun menjadi fitur standar dalam sebagian besar pesawat telepon seluler yang paling mutakhir. Di negara-negara maju seperti AS atau Eropa sekalipun, orang masih mendengarkan radio di mobil, kantor, rumah, bahkan sebuah hotel bintang empat di Los Angeles pun masih menyediakan perangkat radio di dalam kamarnya.

Di Jakarta, jatah frekuensi untuk siaran radio komersial di kanal FM telah terisi penuh dan masih banyak yang antre. Artinya, bisnis siaran radio masih menjanjikan. ”Jangkauan kanal FM untuk siaran radio komersial ada di antara frekuensi 88,0-107,7 MHz, dan menurut peraturan pemerintah, jangkauan itu maksimal hanya boleh diisi 70 pemancar di satu wilayah,” kata Ketua Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Shidki Wahab di Jakarta, Jumat (7/11).

Senior Marketing Manager Sony-BMG Music Indonesia Kunto Handoyo menyebutkan, radio masih menjadi media paling penting dalam memasarkan musik kepada khalayak luas. ”Meski sudah ada internet, i-Pod, atau MP3 player, kami masih percaya sebuah lagu baru pertama kali dikenal luas masyarakat melalui radio,” ujar Kunto. Senada dengan Kunto, produser musik independen dan Direktur NuBuzz Music Daniel Tumiwa menyebut radio tetap menjadi media nomor satu untuk urusan penyebarluasan musik. ”Radio justru akan menjadi media yang paling lama bertahan meski ada media-media baru. Hanya formatnya saja yang nanti akan berubah,” ujar Daniel, yang sukses mengorbitkan kelompok Sind3ntosca setelah lagu hitnya, Kepompong, diterima luas di kalangan pendengar radio.

Personal
Apa yang membuat orang begitu setia pada radio? Praktisi dan pengamat dunia radio, Sys NS, mengungkapkan, sifat unik radio yang tak dimiliki media lain adalah unsur kejutan. ”Radio adalah surprise media karena pendengar tak akan pernah tahu lagu atau berita apa yang akan muncul selanjutnya. Sementara dengan kaset, CD, atau i-Pod, kita sudah hafal isinya sehingga tak ada unsur surprise dan lama-lama membosankan,” papar pria yang telah berkecimpung di dunia siaran radio sejak tahun 1969 ini. Sifat fleksibel dan interaksi yang dimungkinkan melalui radio juga bisa menciptakan kedekatan yang sangat personal. Hubungan antara penyiar yang memutarkan lagu permintaan pendengar atau membahas sebuah topik diskusi bisa terjalin akrab di zona nyaman masing-masing. ”Radio menciptakan hubungan yang menuntut sekaligus memicu imajinasi,” imbuh Sys.

Hubungan personal tersebut pada gilirannya membentuk loyalitas. Imajinasi dan loyalitas inilah yang tak ditemukan pada media seperti televisi. Di televisi, pemirsa tidak diberi kesempatan berimajinasi karena semua sudah tersaji lengkap secara audio visual. ”Di televisi, orang lebih loyal pada program acaranya, bukan pada stasiun TV-nya. Program Empat Mata, misalnya, diputar di stasiun mana pun akan tetap dicari orang. Sementara di radio, yang dibangun adalah loyalitas pendengar,” kata Direktur Utama Stasiun Radio GenFM Adrian Syarkawi. Radio memang tak pernah mati. (Harian Kompas Minggu)

Read More ..

Selama Masih Kuat Akan Tetap Mengudara

Harian Kompas Minggu : Radio memang sudah menjadi jalan hidup Yu Beruk (56), yang bernama asli Sumisih Yuningsih. Dua puluh tiga tahun sudah ia siaran di Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta, dan saat ini sebenarnya ia sudah harus menikmati masa pensiun. Sejak Januari 2008, Yu Beruk resmi menyandang status ”pensiunan yang masih siaran”.
RRI Yogyarakarta belum menemukan pengganti Yu Beruk untuk memandu siaran pedesaan, sandiwara Jawa, ketoprak, dan dagelan Mataram. ”Kalau yang seperti saya ya susah, mungkin karena harus mulai dari nol. Kebetulan saya juga masih senang kok, cuap-cuap di depan mikrofon,” ujarnya. Hanya saja, tugas Yu Beruk sebetulnya tidak sekadar cuap- cuap. Ia harus pula mencari tambahan tenaga untuk siaran ketoprak dan dagelan Mataram lantaran sudah banyak pemain yang pensiun. Untuk acara ketoprak dan dagelan Mataram, ia harus bekerja dalam tim, yang jumlahnya 40 orang. ”Nah, orangnya mreteli, satu per satu pensiun, juga ada yang meninggal. Sekarang tinggal tujuh orang. Kalau mau siaran, saya terpaksa manggil teman yang sudah pensiun itu,” kata Yu Beruk.

Yu Beruk bergabung dengan RRI Yogyakarta pada tahun 1985 dengan ijazah SMP. Saat itu, RRI membutuhkan tenaga ahli, dan setelah serangkaian tes, Yu Beruk diterima. ”Ijazah SMP saja bisa jadi tenaga ahli,” kata Yu Beruk seraya tertawa. Menjadi tenaga ahli di RRI tidak terlepas dari latar belakang Yu Beruk sebagai pemain ketoprak tobong (ketoprak keliling) yang sudah melanglang buana ke seantero Jawa. Ketika masuk RRI, mudah bagi Yu Beruk memandu program ketoprak dan dagelan Mataram. Bertahun-tahun, Yu Beruk lekat dengan siaran bahasa Jawa- nya, juga lawakannya di radio. Pernah suatu saat ada penggemar datang ke RRI, tetapi begitu melihat Yu Beruk lantas tidak jadi ketemu. ”Kaget karena ternyata saya tidak seperti dibayangkan ha-ha-ha,” katanya. Di masa pensiun ini, ia belum mau berhenti meski delapan anaknya sudah hidup mapan dan ia sudah diberi 16 cucu. ”Saya ini orang seni, selama masih hidup, selalu siap tampil kapan pun,” katanya.

Perasaan serupa dirasakan Bung Tan (66), yang inginnya terus bekerja di radio meski sudah pensiun. Penyiar dengan nama asli Machfudz Wartaham ini sudah 28 tahun siaran di Radio Kayu Manis (RKM), Jakarta, tetapi enggan lengser meski sebenarnya sudah tak digaji selayaknya karyawan yang masih aktif. ”Kalau tidak siaran, saya bingung mau apa. Saya tidak mau di-PHK,” kata ayah tiga putri dan enam cucu yang sebelum bergabung di RKM pernah menjadi penyiar di Radio Irama Indah pada tahun 1970-an.

Read More ..

Acara Radio : Salam Darimu, Menempel di Hati...

Dari dulu sampai sekarang, radio menjadi sarana efektif untuk mengirimkan salam mesra, salam rindu, dan segala bentuk salam lain. Jauh sebelum ada teknologi SMS untuk berkirim salam seperti saat ini, pendengar radio mengirim salam lewat kartu yang disebut kartu pilihan pendengar alias pilpen. Pada kartu itu terdapat kolom nama pengirim, alamat pengirim, nama terkirim, judul lagu yang diminta, serta ucapan yang seru-seru tadi. Pada periode ketika radio swasta mulai mengudara di negeri ini, yakni akhir 1960-an hingga 1970-an, kartu pilpen itu harus dibeli di studio radio yang bersangkutan atau agen-agen penjualan yang ditunjuk. ”Zaman dulu, kirim salam lewat radio saja harus bayar,” ujar Sys NS, yang turut mendirikan Radio Prambors di Jakarta tahun 1969. ”Lewat radio, orang bisa naksir cewek. Ada juga yang merayu pacar dengan salam mesra tadi,” kata IG Hananta Sumarna (60-an), Direktur Usaha Radio PTPN FM 99.60, Solo, Jawa Tengah. Kartu yang sudah diisi ucapan salam kemudian dikirimkan ke studio. Di PTPN, kartu dibacakan bersama puluhan kartu lain pada acara Aneka Lagu buat Anda.

Agak berbeda dengan PTPN, pencinta Radio Sonora di Jakarta hingga era 1980-an harus mengirim permintaan lagunya lewat pos dengan menggunakan kartu pos. Tentu perjalanan sang kartu hingga ke meja siar memakan waktu berhari-hari. ”Satu orang saja bisa mengirim segepok kartu. Kartu yang belum dibaca bisa sampai sekardus televisi. Kami sampai menempatkan petugas khusus untuk mencatat kartu yang masuk,” kata Jane, salah satu penyiar senior yang bergabung dengan Sonora sejak 1983.

Romantisisme
Pengirim ada yang menggunakan nama samaran yang seram-seram. Tersebutlah misalnya Pemuda Sengsara di Lembah Derita, Dara Merana di Lembah Nestapa, Pemuda Lereng Gunung, atau Mutiara Terpendam di Negeri Jauh. Maklum saja, pada era itu romantisisme komik silat dari Ganes Th seperti Si Buta dari Goa Hantu atau Hans Jaladara dengan Panji Tengkorak-nya cukup berpengaruh. Budaya gaul ala radio itu sampai diabadikan dalam lagu Ernie Djohan berjudul ”Salam Tempel”, yang liriknya bercerita tentang radio amatir yang menjadi tempat menyampaikan rasa cinta kepada sang pacar. Setidaknya itu disebut dalam lirik lagu tersebut, ”Salam tempel darimu, menempel di hati....”

Menurut Hananta, karena kartu pilpen itu harus diantarkan langsung ke studio, radio di era itu menjadi pangkalan pergaulan kaum muda. Kaum muda berkelompok membentuk sanggar-sanggar yang muara kegiatannya berada di studio radio. ”Kalau sore mereka datang ke studio untuk kongko-kongko,” katanya. Dalam suasana akrab itu, pencinta radio dan penyiar saling mengenal secara pribadi. Hananta mengenang bagaimana sesama pendengar itu saling mengenal, saling berpacaran, dan ada pula yang berjodoh lewat radio. ”Saya sendiri juga ketemu istri di radio,” ungkapnya. (Harian Kompas Minggu)

Read More ..

06 November 2008

Keinginan PWNU Jatim Punya Radio Terbentur Ketersediaan Kanal

Keinginan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim memiliki stasiun radio sendiri untuk menyiarakan kegiatan warga nahdliyin di kota Surabaya kemungkinan tidak akan teralisir. Pasalnya, kanal atau frekuensi di Surabaya sudah ludes.

Rencana mendirikan stasiun radio itu terungkap saat pengurus PWNU mendatangi kantor Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jatim di Waru, Sidoarjo. Rombongan dipimpin Ketua PWNU Jatim, Hasan Mutawakkil Alallah dan diterima Ketua KPID Fajar Arifianto dan anggotanya. Meski mengaku sudah mendapat rekomendasi dari Menkominfo M Nuh, KPID tetap menyatakan frekuensi sudah tak ada yang bisa digunakan karena sudah terisi dan secara administrattif permohonan proses izin ditutup sementara ini. "Beberapa kali pertemuan dengan menteri, kami diminta untuk segera mengurus perizinan mendirikan radio," ungkap Hasan saat pertemuan.

Permintaan dari M Nuh itu dengan alasan masih ada satu frekuensi lagi yang masih belum digunakan. Mendengar penjelasan itu, Fajar Arifianto menyatakan bahwa, berdasarkan keputusan Menkominfo, untuk sementara pelayanan proses izin pendirian lembaga penyiaran baru ditutup. Pembukaan izin itu akan dilakukan setelah ada instruksi dari M Nuh."Sehingga kami tidak bisa memberikan keputusan untuk memproses permohonan izin siaran. Pasalnya, sudah lama ditutup dan banyak juga yang kami tolak," kata Fajar.

Fajar menyarankan, agar PWNU mencari lembaga penyiaran swasta yang kondisi manajemen dan keuangannya yang tidak sehat. Dengan bergabung dengan lembaga penyiaran lain maka, PW NU tidak perlu mengantongi izin siaran baru. (Detiksurabaya.com)

Read More ..

03 November 2008

Anggota KPI Moch Riyanto: Radio Komunitas Perlu Sukseskan Pemilu

Peran radio dinilai cukup penting dalam menyukseskan pemilu 2009. Di desa-desa pelosok yang belum terjangkau oleh siaran TV, masyarakat masih menggunakan radio sebagai alat komunikasi. Untuk itu, radio di pedesaan cukup berarti dalam sosialisasi siaran pemilu.
Dalam menghadapi pemilu, radio komunitas bisa dimanfaatkan untuk sosialisasi pemilu. “Radio komunitas dapat juga digunakan untuk menyukseskan pemilu,” ujar anggota KPI Pusat Mochamad Riyanto.

Hal ini dinilai tidak menyalahi perundang-undangan.
Sebab, Undang-undang nomor 10/2008 tentang Pemilu memberikan ruang bagi radio komunitas untuk mengawal siaran pemilu. Dalam pasal 90 ayat (2) disebutkan: “Lembaga penyiaran komunitas dapat menyiarkan proses Pemilu sebagai bentuk layanan kepada masyarakat, tetapi tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan kampanye bagi Peserta Pemilu”.

Yang perlu digarisbawahi adalah tidak bolehnya radio komuniatas dipakai untuk berkampanye. Batasan siaran pemilunya hanya sebatas layanan masyarakat. “Tidak boleh digunakan untuk kampanye demi menjaga netralitas lembaga penyiaran komunitas” tegas Riyanto yang juga anggota Desk Pengawasan Penyiaran Pemilu.
Meskipun demikian, radio komunitas tetap berperan penting untuk menyampaikan informasi seputar pemilu. Dan ia bias bekerjasama dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU). “Kerjasama aja dengan KPU untuk sosialisasi pemilu” imbuhnya.

Read More ..

02 November 2008

Tips Seleksi Calon Penyiar Radio

Berikut kami temukan yang mungkin dapat membantu Anda yang berminat untuk menjadi penyiar radio. Saya kutip dari blog Radio Clinic Alex Santosa.

Seleksi calon penyiar adalah pekerjaan yang sudah akrab dilakukan oleh para program director, manager siaran atau station manager sebuah radio. Dalam posting kali ini saya akan berbagi pengalaman menyeleksi penyiar radio. Semoga bisa bermanfaat, juga bagi anda yang berminat menjadi penyiar radio.

Kemampuan dasar yang harus dimiliki Broadcaster / Newscaster
1. Kemampuan vokal :
> memiliki kualitas vokal yang bagus, bulat dan tidak pecah
> memiliki artikulasi yang jelas
> bisa berekspresi melalui suara
> bisa memainkan intonasi suara
> bisa mengatur kecepatan bicara
> cukup memiliki kemampuan verbal

2. Kemampuan personal:
> suka bicara dan bisa menjadi pendengar yang baik jika berhadapan dengan narasumber /
saat melakukan wawancara
> memiliki spontanitas yang baik
> memiliki kepekaan terhadap situasi
> mampu menjaga emosi, terutama pada saat siaran
> percaya diri saat berbicara / siaran
> memiliki rasa ingin tahu
> bisa berkonsentrasi
> memiliki sense of humor

Point-point ini bisa kita temukan di awal seleksi melalui wawancara dan mendengarkan rekaman calon penyiar. Perlu diperhatikan, kualitas vokal yang baik, suka berbicara dan suka mendengar tidak bisa dilatih. Seseorang yang tidak bisa memiliki kemampuan tersebut sulit menjadi seorang penyiar radio. Sedangkan pelamar yang bisa memenuhi kemampuan dasar, akan lebih mudah untuk dilatih menjadi penyiar yang baik.

Semoga bermanfaat dan dapat menjadikan Anda sebagai penyioar radio yang handal.

Read More ..

01 November 2008

Media Radio dan Siaran Radio Pendidikan

P4TK MATEMATIKA Depdiknas/YogaKKNPPL2008 :
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Posisi pendidikan pada saat ini bukan sebagai pelengkap dalam kehidupan, melainkan sudah menjadi kebutuhan pokok. Artinya, dalam kehidupan berkeluarga pendidikan menjadi fokus dan prioritas utama dalam keluarga.
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Posisi pendidikan pada saat ini bukan sebagai pelengkap dalam kehidupan, melainkan sudah menjadi kebutuhan pokok. Artinya, dalam kehidupan berkeluarga pendidikan menjadi fokus dan prioritas utama dalam keluarga. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian akan terbentuk manusia yang mampu bersaing dalam dunia global saat ini yang memiliki kualitas serta intelegensi yang baik tentu pula tidak terlepas dari moral dan tingkah laku yang baik pula.

Menghadapi persaingan yang terbuka saat ini, tentunya semua orang ingin serba cepat dan praktis. Sehingga saat ini yang dipikirkan hanyalah hasil yang didapatkan bukan menikmati proses yang dikerjakan. Apalagi seperti masyarakat bangsa kita yang memilii etos kerja sangat rendah. Sampai timbul lelucon seperti ini : “Apa bedanya orang Jepang dan orang Indonesia?” jawabnya : “orang Jepang bekerja dengan keringat lalu istirahat (makan) dengan santai. Sedangkan orang Indonesia bekerja dengan santai dan istirahat (makan) sampai berkeringat. Tentunya lelucon diatas bukan dimaksudkan untuk menjatuhkan bangsa sendiri, melainkan sebagai pemicu semangat agar nantinya akan muncul orang-orang Indonesia yang mampu berbicara dimata dunia.

Karena hal tersebutlah budaya instan dari luar mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Sekarang segala sesuatu mudah di dapatkan secara mudah, praktis, dan cepat. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet, dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan teknologi tentunya menuai banyak manfaat dalam kehidupan kita. Tetapi, ada satu hal yang harus dihindari dengan adanya kemajuan ini, yaitu etos kerja dan semangat yang rendah. Karena segala sesuatu dapat dikerjakan secara cepat dan praktis.

Dari sekian banyak kemajuan teknologi yang ada, dunia pendidikan ikut terkena dampaknya. Sekarang kita perhatikan, anak-anak kecil yang seharusnya menikmati hari-harinya dengan bermain dan belajar sekarang terlihat duduk manis di depan sebuah kotak yang ajaib yang kita sebut televisi. Kotak tersebut telah menyihir anak-anak dengan tayangan yang tidak mendidik dan berkualitas. Selain itu, kemajuan dunia maya (internet) juga merubah sifat dan tingkah laku anak-anak. Sekarang tak dapat dipungkiri lagi, internet telah menyebar disetiap pelosok daerah. Memang, internet dibuat agar informasi dapat menyebar dengan cepat. Tetapi perlu diingat tanpa adanya pengawasan dan perhatian orang tua, anak-anak dengan mudah mengakses situs yang seharusnya bukan untuk seusia mereka.

Kemudian muncul pertanyaan di dalam diri kita. “Jika media yang memiliki teknologi canggih ada dampak buruknya bagi anak, dengan media apa yang bisa kita gunakan?”. Sebuah pertanyaan klasik yang tentunya ada dalam pikiran setiap orang. Pertanyaan kuno yang mungkin disepelekan oleh mereka yang tidak peduli dengan pendidikan. Hanya satu jawaban dari pertanyaan tersebut, yaitu radio.

Memang terlihat kuno, ketinggalan zaman, atau sebagainya begitu orang mendengar kata radio. Media yang sekarang mulai tertindas perannya dengan teknologi-teknologi terbaru. Media yang telah dilupakan perannya ketika manusia masih pada peradaban terdahulu. Bahkan sekarang hampir dipastikan tidak semua rumah memiliki radio. Sebuah kenyataan yang dilematis yang tentunya tidak kita inginkan, Namun begitulah adanya, orang telah melupakan peran dan fungsi dari radio.

Perlu diingat, sejak PD II, radio telah menunjukkan kekuatannya sebagai media pendidikan dalam arti luas, dan media komunikasi politik, termasuk pendidikan politik. Fungsi pokok media komunikasi massa termasuk radio yaitu meliputi pengamatan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment). Bagi masyarakat fungsi pokok radio sebagai sumber informasi, kemudian fungsi kedua, pengembangan konsensus. Konsensus terkait dengan sosialisasi atau fungsi pendidikan dalam arti luas. (M.Alwi Dahlan dalam situs http://www.pustekkom.go.id/teknodik/)

Sekarang mari kita buka lagi pikiran kita mengenai pemanfaatan radio dalam pendidikan. Namun sebelumnya kita ulas kembali apa itu radio. Pengertian “Radio” menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Sedangkan menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan.

Dengan adanya radio, seluruh informasi dapat disebarluaskan dalam waktu yang singkat, bahkan sampai dengan daerah yang belum terjangkau sekalipun oleh media lainnya. Jika kita melihat geografis bangsa ini, sekitar 70% penduduk Indonesia tinggal di desa, tetapi akses informasi dikuasai oleh masyarakat kota. Selain itu dari 5,5 juta oplah surat kabar yang terbit di Indonesia, 60% beredar di Jakarta; dan dari 40% (sekitar 2,2 juta) yang beredar di luar Jakarta, 70% beredar di kota, sedangkan untuk desa seluruh Indonesia hanya 660.000 examplar. Jika desa di Indonesia ada 63.000, berarti rata-rata tiap desa hanya mendapat jatah 10,4 examplar surat kabar. (A, Darmanto, 2008. Produksi Program Audio).

Lalu apakah cukup 10 examplar untuk dibaca oleh masyarakat satu desa? Apakah mungkin berita yang disampaikan langsung dimengerti oleh masyarakat? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka jawabnya hanya satu yaitu media yang tepat untuk daerah seperti itu tidak lain radio. Radio memang fenomenal bagi masyarakat desa. Apalagi untuk desa yang belum tersentuh sama sekali dengan kehidupan modern dan belum teraliri oleh listrik.

Kenapa radio begitu fenomenal? Tentu ada sebabnya. Radio memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh media lainnya. Menurut Dodi Mawardi, dalam situsnya (http://dodimawardi.wordpress.com) ada sembilan karakteristik media radio yaitu :
· Theater of Mind (Media radio memiliki kemampuan untuk mengembangkan imajinasi pendengar).
· Personal (Media radio mampu menyentuh pribadi pendengar).
· Sound Only (Media radio hanya menggunakan suara dalam menyajikan informasinya).
· At Once (Media radio dapat diakses cepat dan seketika).
· Heard Once (Media radio di dengar secara sepintas).
· Secondary Medium Half Ears Media (Media radio bisa menjadi teman dalam beraktifitas).
· Mobile / Portable (Media radio mudah dibawa kemana saja).
· Local (Media radio bersifat lokal, hanya di daerah yang ada frekuensinya).
· Linear (Media radio tersusun secara sistematis).
Selain dari sembilan karakteristik yang ada diatas dapat ditambahkan kekuatan/kelebihannya. Menurut A.Darmanto dalam tulisannya (Radio: Media yang terpinggirkan, mampukah membangun kota?) yaitu :
· Rapidity (Tingkat kecepatan menyampaikan informasi cukup tinggi).
· Wide Coverage (Jangkauan wilayah siarannya luas).
· Simultaneous (dapat dinikmati secara serentak dalam waktu yang sama).
· Illiteracy (dapat dinikmati oleh yang buta huruf).

Jika melihat karakteristik serta kekuatan yang dimiliki radio, tentunya tidak salah lagi jika kita memanfaatkan media radio ini dalam dunia pendidikan. Dengan adanya radio tentunya pembelajaran akan lebih menyenangkan. Anak-anak dapat menikmati kembali cerita atau dongeng melalui radio yang dengan karakteristiknya hanya “suara” akan mampu membangkitkan daya imajinasi anak itu sendiri. Selain itu, radio masih dipandang oleh para pemilik opini sebagai saluran yang mempunyai pendengar efektif (Redi Panuju, Nalar Jurnalistik: Dasarnya Dasar Jurnalistik, Bayumedia Publising, 2005).
Artinya baik guru yang menyampaikan materi pembelajaran maupun siswa sebagai audiens bisa saling bertukar pendapat tentang materi pelajaran yang disampaikan. Radio juga menjujung tinggi perbedaan karakteristik pendengarnya. Tidak selamanya siaran melalui media radio terkesan formal. Melalui cerita-cerita tentunya akan menjadi daya tarik tersendiri. Pendengar senang mendengarkannya, pesan yang akan disampaikan pun tersampaikan dengan baik.
Adanya media radio pendidikan merupakan perkembangan baru yang memberi nuansa positif dalam penyebar luasan informasi pendidikan. Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program pendidikan akan meningkatkan kemauan masyarakat untuk terlibat dalam mensukseskan program-program pendidikan yang dicanangkan pemerintah. Secara sederhana dapat kita sadari bahwa program siaran pendidikan dari media radio akan memberi pembelajaran kepada masyarakat pendengar yang akhirnya akan meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat.

Setelah adanya radio sebagai media pendidikan, maka sebaiknya perlu adanya pengelolaan yang baik agar nantinya dapat tetap berjalan pada jalurnya. Keberhasilan dalam mutu Siaran Radio Pendidikan antara lain ditentukan kualitas manajemen. Karenanya program ini akan semakin efektif apabila dikelola secara ahli. Berbagai produk teknologi komunikasi/ informasi, termasuk di dalamnya media radio, memiliki ciri khas, yaitu menjanjikan kecepatan, ketepatan, kepraktisan dan kualitas dalam mencari, mengumpulkan menyeleksi, mengolah dan menyajikan informasi. Sesuai dengan ciri khas media radio sebagai salah satu produk teknologi elektronika maka menjadi keharusan bahwa manajemen yang diterapkan dalam penyelenggaraan siaran harus manajemen yang dinamis.

Pada umumnya para guru berpendapat bahwa siaran radio pendidikan bermanfaat menambah wawasan untuk mengajar, meski sebagian tidak mengetahui kalau hingga hari ini siaran tersebut masih mengudara. Bagaimana langkah ke depan agar siaran ini menjadi efektif?.

Menurut Rini Rahayu, (mahasiswa PPS Unnes, wacana Suara Merdeka 13 September 2005) ada beberapa langkah alternatif yang perlu ditegakkan agar siaran efektif yaitu :
· Agar siaran radio rendidikan bisa didengar dan berhasil menjadi media peningkatan wawasan guru dalam proses belajar mengajar kepada peserta didik, Balai yang ditunjuk sebagai pengelola, hendaknya berperan aktif melaksanakan prinsip-prinsip organisasi terutama koordinasi kepada kelompok belajar agar selalu memonitor dan mengikuti siaran
· RRI yang ditunjuk diantara beberapa media yang menyiarkan siaran radio pendidikan tidak ada salahnya jika senantiasa gencar memutar "promo acara" agar siaran ini dapat diketahui. Karena melakukan koordinasi dengan stakeholders dan instansi terkait merupakan bagian tugas dan fungsi dari RRI.
· Untuk mendapatkan produksi paket siaran radio pendidikan yang berkualitas, pihak BPMR hendaknya tetap komit mengaktualisasikan prinsip dan fungsi manajemen yang dinamis, sehingga dapat dihasilkan mutu paket yang menarik, enak diikuti juga pesan yang disampaikan diterima, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka dalam mengefektifkan proses belajar - mengajar.
· Sebagai pendidik idealnya menyadari dan beraplikasi terhadap pendidikan yang mempunyai konsep pendidikan sepanjang hayat sehingga mendengarkan dan mengikuti radio pendidikan merupakan kegiatan sebagai pengayaan.
· Pihak-pihak yang terlibat dalam radio pendidikan hendaknya duduk bersama menentukan langkah terbaik agar diklat siaran ini dapat efektif.
Jika fungsi dari media radio telah diketahui, serta banyak manfaat yang dapat diambil apalagi dengan adanya manajemen yang baik, maka kenapa tidak kita menggunakan radio sebagai media pendidikan melalui siaran radio pendidikan.

Read More ..

26 Oktober 2008

Sejenak Merasa Muda Kembali via Radio

Tulisan Harian Kompas Minggu : Acara Lingkaran Keluarga di Radio Lita FM 90.95 Bandung dibuka dengan instrumental lagu Where Have All the Flowers Gone yang versi vokalnya dipopulerkan kelompok Brothers Four. Lirik awalnya ”Where have all the flowers gone, long time passing/ Where have all the flowers gone, long time ago...”.
Lagu itu aslinya merupakan satire terhadap perang. Namun, di Radio Lita, lagu itu seakan memanggil para ”bunga” yang telah melewati masa-masa silam. Begitu lagu itu terdengar pada pukul 09.00, orang harus berjuang keras untuk menelepon ke studio Radio Lita. Pasalnya, satu saluran yang disediakan Lita nyaris mampat. Itu akibat saking banyaknya pendengar yang ingin mengudara untuk meminta lagu dan berkirim salam kepada sesama pencinta lagu lama.
Pendengar juga bisa memesan lagu lewat SMS. Setiap hari ada sekitar 100 sampai 200 SMS masuk. Tidak semua lagu bisa dipenuhi karena durasi program yang tiga jam. Karena SMS antre, mereka yang mencuri start dengan menelepon sebelum pukul 09.00 dianggap gugur.

Acara Lingkaran Keluarga dinikmati orang yang bekerja di Gedung Sate, pusat pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Di rumah sakit, hotel-hotel, kantor-kantor swasta di mana ada orang-orang berusia 45 tahun ke atas yang menikmati kenangan lewat lagu lawas.
Radio Lita berusaha menyuguhkan lagu versi orisinal. ”Lagu lama yang dikemas dengan aransemen baru akan kehilangan rasa masa lalunya,” kata Teh Imas, nama udara dari pengasuh acara yang bernama lengkap Imas Siti Rokayah.

Koleksi lagu lama Lita terus bertambah karena banyak pendengar yang rela menyumbangkan piringan hitam. Penyumbang itu ingin berbagi kenangan dengan rekan segenerasi.
”Saya seneng mengasuh acara ini karena bisa memberi arti kepada pendengar. Masa lalu kan tak bisa datang kembali. Namun, lewat lagu, masa lalu itu seperti hadir. Untuk sejenak mereka merasa muda kembali he-he...,” kata Teh Imas.

Read More ..

Paguyuban Penikmat Masa Lalu via Radio

Tulisan Harian Kompas Minggu : Lagu-lagu lama era 1960-1980-an mengajak orang untuk mengenang masa lalu. Di Bandung dan sekitarnya, para pemilik masa lalu itu membentuk komunitas bernama Paguyuban Lita. Nama Lita diambil dari stasiun radio yang setiap hari selama tiga jam memutar lagu lawas. Mereka terikat dalam satu kenangan, pada suatu masa yang hadir lewat lagu.

Di radio, suatu kali terdengar lagu Seruling Bambu yang populer di awal era 1960-an lewat suara Oslan Husein. Sekadar pengingat, lagu itu dibuka dengan lirik, ”Dari jauh/ terdengar suara merdu/ Sayup-sayup/ bagaikan buluh perindu...”. Begitu lagu usai, seorang pendengar menelepon ke studio Radio Lita FM 90.95 Bandung. Kepada sang penyiar, yang akrab dikenal dengan nama Teh Imas, pendengar yang seorang ibu itu terisak-isak di ujung telepon.
”Rupanya pendengar itu sedang perang dingin dengan suaminya. Waktu mendengar lagu Seruling Bambu, dia teringat masa lalu waktu mereka berpacaran,” kata Teh Imas. ”Lagu itu meluluhkan hati saya. Rasa benci saya kepadanya jadi hilang. Saya hanya mengingat yang indah-indah ketika ia pertama kali pegang tangan saya,” kata sang penyiar menirukan tuturan pendengar yang tersentuh oleh sebuah lagu.

Teh Imas (54) adalah pengasuh acara Lingkaran Keluarga yang disiarkan setiap hari pada pukul 09.00-12.00 oleh Radio Lita, Bandung, Jawa Barat. Acara itu khusus memutar lagu-lagu lama era 1960-1970an. Lagu yang bisa dibilang ”termuda” datang dari pertengahan era 1980-an. Itu artinya sudah hampir seperempat abad silam.

Era 1960-an memang seperti hadir kembali di udara. Lagu dari Tetty Kadi, seperti Teringat Selalu, Pulau Seribu, dan Pramugari Udara, mengalun atas permintaan pendengar. Ini mengingatkan pada acara pilihan pendengar yang paling digemari di era 1960-1970-an.
Juga lagu dari Anna Manthovani, seperti Gita Malam dan Angsa Putih. Lagu Dedi Damhudi, Gumpalan Mega, Di Tepi Kolam, yang saat ini langka terdengar. Dari tahun 1968-1969, hadir Titiek Sandhora dengan Fujiyama. Kemudian di awal 1970-an ada Duri Penghalang dari band asal Bandung, Paramor. Juga Halo Sayang dari De Hands, grup asal Surabaya dengan vokalis Nono alias Mus Mujiono.

Dari era tahun 1964-1965 terdengar Tuti Subardjo Berikan Daku Harapan atau dari Oni Surjono Burung Berkicau. Ada pula yang lebih tua lagi, yaitu lagu Oslan Husein, seperti Mama Minta Kawin sampai Tahu Tempe.

Paguyuban
Sang ibu yang menangis tadi hanyalah salah seorang dari ribuan pencinta lagu-lagu lama yang diasuh Teh Imas sejak sepuluh tahun lalu. Pendengar membentuk beberapa komunitas. Salah satunya adalah Paguyuban Lita FM yang dibentuk tahun 2000. Kebanyakan anggota berusia 50 tahun ke atas. Mereka mengalami masa remaja di era 1960-an. Lily Sulastri yang di radio bersapaan Ibu Pranoto (56) pada pertengahan 1960-an masih pelajar SMP-SMA. ”Waktu itu lagu Tetty Kadi, seperti Teringat Selalu, Senandung Rindu, Pergi ke Bulan atau Sepasang Rusa, sedang top-top-nya,” kata Ibu Pranoto, yang adalah salah seorang penggagas paguyuban.

Sebelum terbentuk paguyuban, para pendengar itu hanya saling mengenal nama lewat udara. Mereka saling berkirim lagu dan salam lewat radio. Merasa terikat dalam satu kenangan yang sama tentang masa lalu yang dibangkitkan oleh lagu, mereka pun kemudian berinisiatif untuk melakukan kopi darat, alias bertemu secara langsung. Setiap bulan mereka berkumpul di rumah anggota atau juga di studio Radio Lita di Jalan Budi, Cimindi, Bandung. Hari Minggu (12/10), misalnya, sekitar 50 anggota berkumpul untuk mengadakan arisan. Kegiatan arisan merupakan sarana perekat anggota. Oleh Hajjah Ella Zubaedah, selaku pemilik Radio Lita, anggota Paguyuban sering dilibatkan dalam kepanitiaan kegiatan sosial yang diadakan Lita.
”Kami juga punya kegiatan simpan pinjam kecil-kecilan. Jadi, ada tanggung jawab moral untuk datang. Namun, tujuan kami intinya adalah silaturahmi dengan anggota yang punya hobi sama, yaitu mendengarkan lagu-lagu lama,” kata Nyonya Pranoto, yang ibu tiga anak dan nenek tiga cucu itu. Waktu pertemuan selalu diusahakan setelah tanggal 6 setiap bulannya.
Maklum sebagian besar anggota adalah pensiunan. ”Sebelum tanggal 6, uang pensiun belum turun sehingga sebagian anggota belum ada uang ha-ha.... Namun, jangan salah. Kami tetap penuh canda tawa,” kata Cucu Marliah (63).

Mereka memang masih tampak centil dan gaya. Canda tawa itu dipicu oleh cerita masa lalu yang dibangkitkan oleh lagu. Popong Halimah (60), anggota dari Cimahi, akan terkenang masa-masa pacaran ketika mendengar lagu The End of the World dari Skeeter Davis. Sang pacar yang kemudian menjadi suaminya itu kini telah meninggal. Cucu, Popong, Lily, dan anggota lain mengaku menemukan keluarga dalam paguyuban. Lewat Paguyuban, mereka seperti bertemu kawan segenerasi, senasib, yang sama-sama dinaungi oleh lagu-lagu yang sama mengalami masa lalu. ”Masa lalu yang hadir lewat lagu itu memberi kami semangat. Ternyata kami pernah muda. Ibarat aki yang sudah soak, kami di-charge lagi dengan lagu, ha-ha...!” kata Lily alias Ibu Pranoto.

Read More ..

24 Oktober 2008

Laskar Pelangi Melesat Kepuncak Chart Radio Indonesia

Lagu Theme Song "Laskar Pelangi" yang ditembangkan NIDJI langsung menduduki puncak chart radio di Indonesia di minggu pertama. Lagu Laskar Pelangi seolah menunjukan sisi lain dari NIDJI karena lagu ini terdengar sangat berbeda dengan lagu-lagu NIDJI dari dua album mereka, Breakthrough dan Top Up. Dilagu ini NIDJI mengurangi kontribusi synth dan sound digital lain dengan lebih banyak memasukan unsur akustik kedalam lagunya.

Tak hanya lagunya yang populer, Film Laskar Pelangi sampai tulisan ini dibuat (24 Oktober 2008) masih menjadi totonan utama di bioskop-bioskop di Indonesia, ini terlihat dari para penonton masih saja harus mengantri panjang untuk menonton film karya Riri Reza ini. Padahal film ini sudah mulai diputar di bioskop sejak sebulan yang lalu. Film ini juga memotivasi Run-D "NIDJI" untuk terus melanjutkan kuliahnya, karena setelah menonton film Laskar pelangi, Run-D dikabarkan jadi rajin mengikuti kuliahnya. Mudah-mudahan saja semangat belajar Run-D tidak hanya diawal-awalnya saja dan bisa lulus dengan nilai tinggi. Amin. :-)

Read More ..

23 Oktober 2008

Radio Religius Tawarkan Penyembuhan Surgawi

Di Belanda, stasiun radio religius tengah marak-maraknya. Para pendengar tampaknya tidak ingin lagi bersusah payah mencari-cari acara agama yang oleh radio publik dipindahkan ke jam-jam sepi di tengah malam. Frekuensi lama siaran pemancar radio komersial kini diambil alih oleh stasiun radio dengan nama Radio Maria dan Radio Kabar Baik.

Radio Maria tidak dibiayai gereja Katolik. Pemancar radio ini tidak menyiarkan iklan dan tidak mau menerima subsidi. Radio Maria adalah gerakan rohaniwan yang hidup dari sumbangan. Tapi untuk isi acaranya, pemancar radio ini sangat bergantung pada gereja. Konperensi, sinoda uskup, ceramah teologi dan renungan adalah sumber-sumber yang dimanfaatkan Radio Maria. Juga pelbagai doa dalam ibadah, seperti lauden, angelus dan vespers dapat didengar. Adakah publik untuk itu? Francois Vluggen mengatakan, "Di Belanda, kami merasa negara paling sekuler di dunia. Tapi di Austria, yang juga menghadapi masalah intern besar dalam gereja, radio religius sudah berusia sepuluh tahun. Ini adalah awal masa depan yang bagus."

Radio Kabar Baik bersifat lugas. Itu wajar, karena radio ini bermarkas di lokasi perusahaan di Veenendaal. Kendati demikian, ini tidak mengurangi semangat yang ada. Wawancara mendalam, studi Alkitab, acara berita dan musik religius. Semuanya diangkat oleh stasiun radio ini yang mengundara sejak Desember 2007. Pendirinya adalah mantan penyiar Evangelische Omroep, Evert ten Ham. Menurutnya, stasiun radio ini bahkan bersifat menyembuhkan. "Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang ahli terapi yang menangani perempuan penderita gangguan jiwa. Kondisi kesehatan salah seorang klien sangat membaik. Pengobatan terhadap dirinya berkurang hingga separuhnya dan ia tidak memakai obat tidur lagi. Rahasianya adalah Radio Kabar Baik. Sang klien berkata, 'Saya menjadi tenang berkat radio itu dan saya mengalami Tuhan dari dekat.' Kami tampaknya obat surga. Saya senang dengan itu."

Read More ..

20 Oktober 2008

Penghargaan Arsip Untuk Radio Elshinta

Berita dari Elshinta.com : Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) mengajak masyarakat Indonesia untuk menghargai sejarah dan para pahlawannya, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa yang besar.

Hal itu disampaikan Menpan Taufik Efendi Senin (20/10) dalam sambutannya pada "Seminar Sehari Tentang Peranan Arsip Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara Refleksi 80 tahun Sumpah Pemuda" di Hotel Sahid, Jakarta.

Bertepatan dengan acara seminar itu, Radio ELSHINTA mendapatkan penghargaan sebagai Media massa yang telah berjasa atas upaya dan kinerja yang luar biasa dalam merajut kebhinnekaan dan ke-Indonesiaan dalam berbangsa dan bernegara, dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dengan memanfaatkan dan menyebarluaskan arsip melalui siaran radio di tahun 2008 ini.

Penghargaan tersebut diterima oleh Wahyu Adhitama sebagai Penanggungjawab Radio ELSHINTA.

Read More ..

15 Oktober 2008

RRI Gorontalo Dianggap Tidak Netral

Lembaga penyiaran publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI) cabang Gorontalo dianggap telah keluar dari fungsinya sebagai lembaga infomasi publik yang independen. Berdasarkan pengaduan dari masyarakat khususnya pendengar siaran RRI cabang Gorontalo, radio tersebut menyiarkan beberapa program siaran yang cenderung mengarah pada politik praktis. Hal itu terungkap dalam surat pemberitahuan dari walikota Gorontalo kepada Dirjen SKDI Depkominfo, beberapa waktu lalu.

Dalam surat tersebut disebutkan bahwa siaran RRI cabang Gorontalo sering menyiarkan acara yang berbau kampanye dari salah satu parta politik peserta Pemilu 2009. Selain itu, pada bulan puasa yang lalu, RRI Gorontalo juga banyak menyiarkan kegiatan-kegiatan berbau politik yang dikemas dalam program kuis Ramadhan dan program-program lainnya yang cenderung untuk salah satu partai saja.

Hasil hearing yang telah dilakukan oleh DPRD kota Gorontalo terhadap LPP di kota Gorontalo dikatakan bahwa kegiatan ini telah ditawarkan kepada semua partai politik di wilayah tersebut. Sayangnya, dalam surat tersebut dituliskan bahwa hal itu tidak benar karena tidak pernah dilakukan.Pada surat tersebut juga ditegaskan agar pemerintah melakukan tindakan tegas dan segera melakukan penghentian terhadap kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan UU Penyiaran pasal 14 ayat 1 dan 2.

Read More ..

12 Oktober 2008

Radio Terkecil Lebih Kecil dari Kerikil

Sulit membayangkan ada radio transistor yang ukurannya hanya sebutir kerikil, bahkan lebih kecil. Bagi Anda yang pernah mengutak-atik radio kristal zaman SMA atau kuliah mungkin ada sedikit gambaran bagaimana radio bisa dibuat sekecil itu. Namun, itu memungkinkan sebagai aplikasi teknologi nano menggunakan susunan tabung karbon yang ukurannya berskala nanometer atau sepermiliar meter. Para peneliti material di Universitas Illinois, AS sudah membuktikannya.Para peneliti di sana berhasil merangkai sebuah radio supermini yang tersusun dari dua buah penguat frekuensi, pemadu frekuensi, dan penguat audio. Setiap komponen tersebut dibuat dari rangkaian atom-atom tabung nano karbon sehingga memiliki sifat menyerupai masing-masing komponen eleketronika tersebut. "Ada jutaan tabung nano yang dirangakia dengan sempurna," ujar John Rogers, seorang profesor ilmu dan teknik material di Universitas Illinois, seperti dikutip Reuters. Ia melaporkan penelitian tersebut dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.Untuk merangkai sesuai keinginan, timnya mengendlikan proses pembentukan tabung sesuai yang diinginkan dan bagimana mereka saling berikatan. Hal tersebut dilakukan dengan mengubah-ubah kombinasi panas dan katalis yang dipakai di atas lapisan material yang menjadi bahan bakunya. Pada saat pengujian, sinyal keluaran yang dihasilkan radio tersebut dihubungkan dengan kotak seukuran ponsel berisi speaker dan antena standar. Ajaib, para peneliti berhasil menangkap siaran sebuah saluran radio di Baltimore yang menyiarkan perkembangan trafik lalu lintas. "Radionya sendiri tidak penting, namun fakta bahwa kami dapat membuat sesuatu seperti radio merupakan tonggak bersejarah bagi kami," katanya. Keberhasilan ini menjanjikan platform baru dalam industri elektronika di masa datang.

Read More ..

10 Oktober 2008

Rekor RADIO di MURI

Dari catatan Museum Rekor Indonesia (MURI) saya tuliskan beberapa rekor untuk kategori Radio sebagai berikut :

1. Radio Wanita yang dikelola oleh 100% Karyawan Wanita.
Radio Metro Female 88,3 FM merupakan sebuah radio wanita yang dikelola oleh 100% wanita, mulai dari pemegang saham, direksi, management, penyiar, reporter, marketing, teknisi dan security.

2. Penyiar Radio Termuda
Wendy Kartikasari menjadi penyiar di radio Ganesa, Bandung sejak usia 6 tahun, membawakan acara BOGA (Bocah Ganesa) sejak bulan Juli 1998 hingga Maret 2000.

3. Siaran Radio Berpantun Betawi Terlama
Dalam rangka memperingati HUT Bens Radio yang ke-18, Keluarga besar Bens Radio 106,2 FM, sebuah stasiun radio yang bercirikan Betawi, berhasil menyelenggarakan siaran radio dengan berpantun Betawi selama 18 jam.

Itu tiga rekor yang menurut saya cukup unik, rekor-rekor lainnya terlalu mengada-ada, walaupun memang belum pernah ada. Ada rekor radio lainnya yang Anda tahu cukup unik? Silahkan masukan komentar Anda. Terima kasih.

Read More ..

05 Oktober 2008

Aacara Zona 80 Sebagai "Flashback"-nya Ida Arimurti

Masih dari Harian Kompas : Tahun 1984-1990 seperti diakui Ida adalah masa ketika pamornya gilang gemilang. Ia menjadi penyiar yang selalu dicari. ”Saya sampai kenal banyak menteri Orde Baru. Pak Domo itu bisa mampir ke radio sehabis jalan-jalan. Jujur, karena pertemanan, saya termasuk satu yang memanfaatkan katebelece Pak Domo,” papar Ida.

Ceritanya, Ida bersama beberapa teman di radio akan meliput acara di sebuah tempat yang cukup terpencil. Karena merasa tidak tenang, Ida meminta ”coretan tangan” Soedomo. Isinya, ”Tolong jaga anak-anak saya”, dan surat sakti itu diberikan kepada pemimpin keamanan tempat Ida dan teman-teman meliput. ”Kami benar-benar dijaga,” ujarnya.

Masa gemilang itu membuat banyak produser menawarinya main sinetron, yang booming pada tahun 1990. Namun, bagi Ida, tidak ada jagat yang lebih menarik dan menantang selain radio. Ia bisa merasakannya karena ia pernah merangkap kerja, di radio dan TVRI (saat masih dikomandoi Ishadi SK) selama empat tahun. Sempat bimbang mau melepas salah satunya, ia akhirnya berketetapan melepas kariernya di TVRI.

Lantas, mengapa Ida akhirnya mau juga muncul di layar kaca, memandu program Zona 80 di Metro TV? ”Hmm…. Aku tergerak karena acara itu adalah flashback aku. Tahun 1980 itu masaku, duniaku banget. Setelah 25 tahun di radio, Allah kasih jalan aku untuk napak tilas perjalanan aku lewat Zona 80,” tuturnya.

Di Zona 80, ia mendapatkan lebih banyak sahabat. Ia sempat diprotes pemirsa televisi kok menampilkan penyanyi dengan lagu cengeng. ”Padahal, banyak yang aku dapat. Sejak di Zona 80, aku jadi mengetahui bagaimana kehidupan penyanyi era 1980-an itu saat ini. Dulu bagaimana, sekarang bagaimana. Aku jadi tahu bagaimana perjuangan penyanyi Ratih Purwasih, misalnya,” paparnya panjang. Sambungnya lagi, ”Dan itu mengingatkan bagaimana aku dulu.”

Read More ..

Tulisan Profile Kompas : Mengimajinasikan Ida Arimurti

Harian Kompas Minggu menulis : Apa yang Anda bayangkan saat mendengar suara manja penyiar radio Ida Arimurti memandu acara? Barangkali seribu orang akan membayangkan seribu wajah. ”Itulah kekuatan penyiar radio, membuat pendengar berimajinasi,” sahut Ida.
Suaranya yang manja dan tawanya yang renyah menyapa pendengar radio Delta FM yang tengah berjibaku dengan kemacetan lalu lintas pada sore hari lewat acara Ida Arimurti and Friends Show. Tawa renyah Ida itu meredakan kepenatan, begitu pakar kuliner Bondan Winarno berkomentar di buku karya Ida, Renungan Ida Arimurti, yang diterbitkan Hikmah Mizan (Juli, 2008).

Senyum dan tawa yang sama itu menemani kami saat wawancara dengan Ida di Kafe 3 Degrees, Plaza FX Senayan, pekan lalu. Sadarkah Ida akan pengaruh yang menebar lewat suaranya?
”Ah…. Aku hanya berusaha mencipta suara yang bersahabat. Orang kan ingin disapa dengan akrab dan tidak digurui. Prinsipku, aku selalu menjaga hubungan dengan pendengar, kenal tidak hanya sampai di situ,” tutur Ida, sambil–lagi-lagi—tertawa. Gara-gara suara merdu Ida, pernah suatu ketika ada pendengar yang diam-diam mencintainya. Waktu itu ia masih bergabung dengan radio Prambors. ”Sampai istrinya sendiri di-cuekin. Aku tahu gara-gara istri cowok itu datang ke Prambors, lalu bertanya apa aku punya hubungan dengan suaminya, ha-ha-ha. Padahal, aku kenal aja enggak,” tuturnya. Rupanya, setiap kali mendengar suara Ida di radio, pria itu menjadi tidak mendengar istrinya bicara. Pria itu bahkan menyimpan foto Ida di dompetnya. Foto yang ia gunting dari satu majalah. ”Habis itu, gantian cowoknya yang datang ke Prambors untuk meminta maaf. Wah, sejak itu kami bertiga malah jadi bersahabat,” ucap Ida.

Cerita lain lebih unik. Ada seorang pendengar, cowok tentu saja, yang setiap hari mengirim catatan harian. Isinya tentang bagaimana ia begitu jatuh cinta kepada Ida, lantas kemudian menikah dan punya dua anak. Hubungan intim pun ia ceritakan. ”Itu semua imajinasi dia. Di catatan itu, dia bertanya, kamu kecewa ya aku enggak bisa memuaskan kamu, gila kan? Ha-ha- ha,” tutur Ida. Penggemar lain bahkan sampai datang ke radio Prambors dan terus menguntit Ida ke mana pun pergi. ”Sampai-sampai bosku menyediakan satpam untukku,” cerita Ida.
Suatu saat Ida terjebak digandrungi sesama perempuan, yang ternyata pernah juga mencintai dua penyiar di radio lain. Komunikasi hanya dilakukan lewat telepon sehingga tidak terlintas di pikiran Ida kalau orang itu perempuan. ”Kalau lagi siaran aku menyebut apel, besoknya datang buah apel, dikirim orang itu. Aku menyebut coklat, besok sudah ada coklat di kantor. Sampai aku takut menyebut benda apa pun,” kisahnya. Ida baru tahu identitas orang itu setelah temannya menyelidikinya.

Dengan banyaknya perilaku pendengar yang unik itu, Ida merasa tak terganggu. Biarkan orang mengimajinasikan apa pun, seperti ketika seorang pendengar radio pernah membayangkan Ida sebagai Desi Anwar. Di benak orang itu selalu tergambar wajah Desi Anwar begitu mendengar Ida siaran dan itu terjadi selama bertahun-tahun. ”Sampai suatu saat kami bertemu dan dia terperangah. Lho kok tidak seperti yang dibayangkan, ha-ha-ha,” tuturnya.

Mengudara selama 25 tahun
Dua puluh lima tahun sudah Ida Arimurti melakoni profesi sebagai penyiar radio. Profesi yang pada mulanya ia tertawakan karena hanya orang gila yang mau berbicara sendiri di depan mikrofon. Berbeda dengan profesi pramugari yang ia impikan, profesi yang bisa memuaskan hobi traveling-nya. ”Ternyata, kepenyiaran adalah jalan hidupku sampai saat ini,” cetusnya.
Ida mengenang perkenalannya dengan radio dan dunia kepenyiaran pada tahun 1982 sewaktu ia masih mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Pancasila. Ida waktu itu mengantar teman yang akan dites menjadi penyiar di radio Amigos. Saat Manajer Siaran Amigos Leo Kresnapati mendekatinya, Ida pun bertanya banyak hal tentang radio. ”Kenapa enggak mencoba jadi penyiar. Besok kamu datang dan siaran di sini,” kata Leo. Pagi berikutnya, Ida sudah resmi menjadi penyiar di Amigos. Saat itu pula ia mulai belajar bagaimana menjadi DJ, memegang peralatan studio yang dulu masih menggunakan piringan hitam dan kaset, serta belajar menjadi pewawancara yang baik. Ia juga belajar membuat naskah panduan untuk siaran.
”Booming Ida Arimurti itu antara tahun 1984 sampai 1990-an. Saat itu job buatku bejibun. Dalam setahun aku bisa ngemsi (menjadi MC) lebih dari 400 kali. Dalam sehari aku ngemsi di tiga tempat,” paparnya.

Mengapa bisa sedemikian laku, kata Ida, karena tarifnya ”murah meriah”. Ia bersedia ngemsi selama acara itu pas dengan kata hatinya, berapa pun bayarannya. ”Aku fleksibel. Dibayar Rp 300.000 juga oke, padahal tarif pasaran waktu itu Rp 1 juta. Honorku bergantung pada budget pengundang acara,” tukasnya.

Di radio Prambors, Ida dinilai sukses mengemas program ”Ida Krisna Show”, yang ia pandu bersama Krisna Purwana. Bahkan, ketika ia pindah ke Female Radio, program itu pun diangkut serta. Dari rumahnya di Jatibening, Bekasi, Ida harus siaran jam enam pagi di Plaza Bintaro, Jakarta Selatan. Ia harus bangun pukul 03.00 karena mobil jemputan sudah menunggu pukul 04.00. Dari sana, Ida meluncur ke kediaman Krisna di Cijantung sebelum melesat ke Plaza Bintaro.

Saat mengandung putranya, Kevin, Ida sempat berhenti, tetapi tidak lama karena ia tergoda tawaran Bambang Wiyogo untuk mendirikan radio yang ia beri nama Woman Radio. Ia kembali berkeputusan berhenti siaran setelah Kevin lahir, tetapi–lagi-lagi—tergoda lamaran Delta FM.
Kini, 25 tahun berlalu dan Ida masih setia cuap-cuap di depan mikrofon, di studio sempit di Jalan Sudirman, Jakarta. Mengapa demikian betah? ”Saya melakukan semua itu karena cinta. Ada yang bilang, Ida Arimurti sama dengan radio dan radio sama dengan Ida Arimurti, he-he-he,” ucap Ida. Ah, mendengarkan radio memang terbayang-bayang Ida....

Read More ..

03 Oktober 2008

Radio Elshinta Peroleh Penghargaan dari Polwil Priangan

Berita dari Elshinta.com : Radio Elshinta kembali mendapatkan penghargaan. Kali ini penghargaan diberikan oleh jajaran Polwil Priangan.Elshinta dinilai layak sebagai media mitra Polwil Priangan karena dianggap sangat membantu petugas kepolisian, terutama jajaran Polwil Priangan dalam melaksanakan operasi Ketupat Lodaya 2008 melalui berita dan informasi yang disampaikan.

Penghargaan diberikan langsung oleh Kapolwil Priangan Kombes (Pol) Anton Sarliyan dan diserahkan pada saat acara silaturahim antara Polwil Priangan dengan media massa, kelompok ormas dan parpol, para relawan, dinas perhubungan setempat, dan tokoh warga di Pos Pengamanan Lebaran 2008 di Cagak Nagrek Jawa Barat pada Kamis (2/10) malam.

Elshinta menjadi satu-satunya radio yang memperoleh penghargaan karena tiga media lain yang memperoleh penghargaan yang sama adalah media televisi.Dalam sambutannya Kapolwil Anton Sarliyan mengucapkan terima kasihnya atas peran media massa yang sangat membantu tugas kepolisian dalam mengatasi lonjakan volume kendaraan pada musim mudik lebaran 2008.

Read More ..

01 Oktober 2008

VOA Broadcasting Fellowship

Apakah Anda seorang wartawan atau lulusan baru di bidang jurnalisme? Ingin merasakan bekerja di Amerika? VOA Indonesia dan Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Amerika (PPIA) menawarkan kesempatan bekerja di VOA Indonesia selama enam bulan, melalui program Broadcasting Fellowship. Program ini mencakup biaya perjalanan PP, akomodasi, asuransi kesehatan, visa dan fiskal.

Penawaran ini berlaku bagi lulusan baru di bidang jurnalisme dan penyiaran, dan bagi mereka dengan pengalaman kurang dari tiga tahun di bidang penyiaran atau media cetak. Batas waktu pendaftaran adalah tanggal 15 Oktober 2008, seleksi berlangsung tanggal 1 Februari 2008 dan program akan mulai berjalan awal bulan April 2009.

Caranya:- Silahkan download aplikasi PPIA 2008-2009- Isi pertanyaan yang telah disediakan- E-mail ke fellowship@voanews.com
Aplikasi PPIA 2008-2009

Read More ..

Selamat Idul Fitri 1429 H

Kami mengucapkan :

Selamat Idul Fitri, 1 Syawal 1429 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Semoga industri siaran radio di Indonesia semakin maju!

Moderator

Read More ..

28 September 2008

Mahasiswa Indonesia di Australia Luncurkan Radio Berbasis Internet

Antara memberitakan bahwa Mahasiswa Indonesia di Negara Bagian Queensland, Australia, selangkah lebih maju dalam mengkomunikasikan berbagai ide dan dinamika kegiatannya dengan peluncuran radio berbasis internet yang diberi nama "Web Radio Pelajar Indonesia Queensland (WRPIQ)". Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Cabang Queensland, Reymanditya Poerwito, kepada ANTARA di Brisbane, mengatakan, WRPIQ resmi diluncurkan pada 25 September sebagai media penyaluran informasi secara global melalui situs PPIA Queensland (www.ppia-qld.org). "Kita `upload` programnya lalu kita dengarkan lewat situs PPIA Queensland," katanya.

Reymanditya mengatakan, para pengelola WRPIQ menyediakan "rekaman" siaran baru setiap Selasa. Informasi PPIA Queensland menyebutkan, pembentukan radio berbasis internet ini merupakan inisiatif para aktivis PPIA untuk mempersatukan para pelajar Indonesia yang berdomisili di negara bagian Queensland. Siaran perdana yang dibuka dengan program "Buat Kita-Kita" (BUTA) mengudara pada 8 September. Program BUTA itu sendiri terdiri atas sejumlah segmen, seperti BUTA PPIA (informasi terbaru dari PPIA), BUTA Event (rencana-rencana kegiatan PPIA), BUTA Jajan dan Jalan, dan BUTA Film (film-film layak tonton).

Para pengelola QRPIQ juga menyelipkan acara BUTA lagu-lagu Indonesia untuk membantu kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia menghilangkan rasa rindu mereka pada tembang-tembang khas Tanah Air serta BUTA Tips yang memuat informasi ringan tentang kesehatan dan hal-hal lain yang bermanfaat.

Read More ..

27 September 2008

Wartawan Radio Banyak yang Jadi Korban ya?

Kali ini saya ingin merangkum beberapa kejadian sial yang menimpa wartawan radio. Semoga dapat menjadi bahan kehati-hatian bagi rekan wartawan radio dalam meliput berita-beritanya.

1. Di sela-sela peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Bandung. Seorang reporter Radio Trijaya di Bandung M Firman (25) tewas dalam sebuah kecelakaan saat hendak meliput acara puncak peringatan HPN yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Firman tewas setelah mengalami kecelakaan di Jalan AH Nasution, Bandung, sekitar pukul 10.35 WIB. Pada saat itu diketahui hujan turun dengan lebat saat Firman melaju dengan motornya menuju pusat lokasi HPN. Firman selama ini tinggal di Gang Desa, Cibiru, Bandung Timur. Sehari-hari sering melakukan liputan di Gedung Sate, Bandung.

2. Wartawan Radio Elshinta, Iswahyudi, menjadi korban pengeroyokan massa. Dia dipukuli orang tidak dikenal saat meliput kebakaran di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat Rabu (18/7/2007). "Tadi wartawan Elshinta melapor ke Polsek Tanah Abang pukul 01.00 WIB. Informasinya dipukuli warga di Kebon Melati," kata seorang petugas jaga Polsek Tanah Abang kepada wartawan. Petugas itu mengatakan, saat ini Iswahyudi dibawa ke RS Mintoharjo untuk dilakukan perawatan dan visum. Akibat pemukulan itu, Iswahyudi mengalami luka di mata kiri bagian bawah, pelipis mata kiri dan kening.

3. Novi Zakaria (29), juga wartawan Radio Elshinta selama berhari-hari tak dapat tidur nyenyak. Ia mendapat teror SMS yang cukup mengganggu. Dalam SMS dari pengirim yang tak dikenal, ia diancam akan dibunuh. SMS ancaman itu berbunyi "Saat loe nongkrong, ada clurit di leher loe"."Sudah tiga hari ini saya dapat SMS begini," ujar Opie - begitu ia kerap disapa di Polres Jakarta Utara, usai melaporkan kasusnya sambil menunjukan sms ancaman itu dari no 0888 1900 6XX. Ia menduga SMS itu dilayangkan dari orang yang geram atas pemberitaan yang ia angkat. "SMS itu saya terima setelah saya memberitakan perselingkuhan anak pejabat di lingkungan militer.

4. Wartawan seringkali juga mengabaikan keselamatan dirinya dalam melakukan liputan. Terapung-apung 5 jam di laut karena kapal yang ditumpangi kehabisan bahan bakar menjadi pengalaman apes sejumlah wartawan usai meliput bangkai KM Levina yang terbakar di Laut Jawa. Kejadian ini menimpa sejumlah wartawan Radio Trijaya dan Radio Elshinta beserta wartawan media lainnya pada Jumat 23 Februari 2008.

5. Sabtu (27/9/2008), sekitar pukul 13.30, penganiayaan dan perusakan terjadi kepada dua wartawan, yakni kontributor Global TV di Pontianak Denny Juniardi dan serta kameramen Indosiar yang juga kontributor Radio Elshinta di Pontianak Nasir Putera, saat mengambil gambar pembongkaran kayu di PT WBA dari atas perahu motor di Sungai Kapuas. Saat hendak pulang, perahu motor yang ditumpangi wartawan itu dikejar dan dicegat dua kapal motor milik pekerja kayu di PT WBA.

6. Sahrozi (45), wartawan Elshinta di Bandung dibacok oleh dua orang tak dikenal di dekat rumahnya di Komplek Suaka Indah Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi, pukul 08.30 WIB Rabu (14/5/2008). Si pembacok berhasil menggondol tas milik Sahrozi yang berisi uang Rp 15 juta. Menurut rekan kerja Sahrozi, Denay Lesmana menuturkan sekitar insiden ini bermula saat Syahrozi di depan pos RT 2 RW 12 Komplek Suaka Indah, tiba-tiba dia dihadang oleh dua orang yang menggunakan helm. Kedua orang itu berusaha merebut tas yang pegang oleh Sahrozi. Namun Sahrozi berusaha mempertahankannya, sehingga terjadi pergumulan. Karena kekuatan tak seimbang, akhirnya Sahrozi roboh saat salah satu pelaku mengeluarkan golok dan membacok kedua tangan, telinga kanan, dan juga kaki.

Tentu saja banyak nama-nama korban lain yang tidak sempat saya rangkum di blog saya ini, tetapi sekelumit tulisan saya diatas menunjukan wartawan radio sekarang ini punya resiko yang sama dengan wartawan media lainnya, tidak seperti 10 tahun lalu, dimana radio hanya dianggap sebagai media hiburan dan hobby semata.

Read More ..

25 September 2008

RRI dan PRSSNI Siaran Bersama Arus Mudik

Radio Republik Indonesia dan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia melakukan kerjasama pemantauan arus mudik. Kerjasama ini berupa pemantauan arus mudik dan balik selama Lebaran. Menurut Kepala RRI Bandung Bochri Rachman, siaran bersama ini merupakan bentuk kongkrit sinergitas insan radio di Jabar di 100 Tahun Kebangkitan Nasional. "Dimulai dengan pantauan arus mudik," tuturnya di sela-sela Peluncuran Siaran Bersama RRI-PRSSNI Rabu (24/9) di RRI Bandung.

Ide siaran bersama ini merupakan tindak lanjut dari semangat Kebangkitan Insan Radio yang dicetuskan pada Hari Radio beberapa waktu lalu. Setelah siaran bersama ini, kerjasama akan dilanjutkan dengan pembentukan News Center.

Seminggu menjelang dan sesudah Lebaran, RRI bersama radio-radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI akan melakukan siaran bersama. Jam siarannya Pukul 13.30 14.00 WIB dan 20.00 20.30 WIB (relay RRI). Konsep siaran bersama ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
"Kami (RRI) juga menampung info dan laporan dari reporter radio swasta. Tidak hanya relay," ucapnya. Sedikitnya sepuluh radio swasta yang terlibat dalam jaringan siaran bersama ini.

Read More ..

24 September 2008

Radio di Bali Dihimbau Kumandangkan 'Tri Sandya'

Himbauan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali agar semua radio yang bersiaran di Bali mengumandangkan Puja Tri Sandya direspons positif berbagai kalangan. Dalam acara Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) yang diadakan KPID Bali terhadap Radio Sanathana Dharma Denpasar di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, minggu lalu, beberapa pihak malah mendesak agar KPID tak sebatas mengimbau, namun mewajibkan semua radio untuk menyiarkan Puja Tri Sandya. 'Himbauan KPID Bali amat mulia, namun sebaiknya jangan sebatas himbauan. Sebaiknya semua radio diwajibkan menyiarkan Puja Tri Sandya, agar ada pencerahan dan nuansa yang kuat dalam membangun penyiaran di Bali,' demikian saran Klian Banjar Abiantimbul, Denpasar, Anak Agung Gede Wibawa.

Ketua Komisi A DPRD Denpasar Pande Sudirta juga memuji langkah KPID tersebut. Hal senada juga dilontarkan Wakil Ketua PHDI Kota Denpasar I Putu Astawa. ”Siaran Tri Sandya akan memberi energi dan dorongan spiritual bagi pendengar dalam pengendalian diri,” kata Astawa. Menanggapi dukungan dan harapan-harapan tersebut, Wakil Ketua KPID Bali IB Radendra Suastama menyampaikan terima kasihnya. ”Sesuai amanat UU No.32/2002, KPID sebenarnya bisa mewajibkan lembaga penyiaran untuk menyiarkan Tri Sandya, namun kami belum selesai menyusun pedoman perilaku penyiaran lokal. Saat ini baru bisa mengimbau,” ujar Radendra yang juga bertindak sebagai moderator.

Seperti diberitakan, Ketua KPID Bali Komang Suarsana mengimbau semua lembaga penyiaran radio yang bersiaran di Bali menyiarkan Puja Tri Sandya sebagai wujud komitmen mereka memberi kontribusi bagi terjaganya aura dan kelestarian Bali.

Catatan Saya :
Sudah seharusnya media radio siaran harus membawa pesan-pesan positif baik dalam acara hiburan, informasi maupun himbauan kepada pendengarnya, sesuai situasi dan kondisi daerahnya masing-masing. Bali dengan 'Tri Sandya', mungkin Medan dengan sapaan semangat 'Horas', dll.

Read More ..

22 September 2008

Radio Komunitas Tembus Isolasi Informasi

Berita dari Liputan6.com : Tiga tahun lalu, potret kelaparan Yahukimo dipertontonkan. Di ujung timur Indonesia, 55 orang mati karena kelaparan. Akses informasi seakan kalah oleh ganasnya alam. Informasi yang terisolir menimbulkan kesimpang siuran. Penanganan tragedi kemanusiaan pun berjalan sangat lambat.

Isolasi informasi inilah yang ingin ditembus Kantor Berita Radio 68H. Agustus 2006, dua radio komunitas didirikan, yaitu Radio Pikonane di Yahukimo dan Radio Wagadei di Kabupaten Paniai. Tidak adanya listrik menjadi kendala awal.
Dengan teknologi mikro hidro, sumber air dimanfaatkan. Untuk pertama kali Desa Anyelma, tempat radio komunitas didirikan, terang oleh listrik. Kehadiran radio di daerah terpencil ini disambut meriah penduduk desa. Pesta besar bakar batu pertanda ucapan syukur pun digelar.
Berkat kerja keras menembus keterbelakangan informasi inilah, KBR 68H mendapatkan Danamon Award. Ini lantaran masyarakat Yahukimo telah merasakan nikmatnya bertukar informasi dengan bebas.
Informasi memang sudah seharusnya menjadi milik seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Dan dari suatu pojok di Jalan Utan Kayu, Jakarta, KBR 68H terus berupaya mewujudkannya agar tidak ada lagi daerah yang terisolasi dengan arus informasi.

Read More ..

11 September 2008

Wapres: Radio Lebih Unggul Dibanding Televisi

Berita dari Tempo Interaktif : Zaman sudah berubah. Kini radio tidak lagi menjadi acuan utama masyarakat dalam mencari informasi. Namun Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mengatakan, radio punya kelebihan dibanding koran dan televisi. "Radio memiliki sistem informasi tercepat. Dengan telepon seluler kecil saja, radio sudah bisa siaran ke seluruh Indonesia," kata Kalla dalam peringatan Hari Radio ke-63 di auditorium Gedung Radio Republik Indonesia, Kamis (11/9).

Radio, kata Kalla, juga memiliki fleksibilitas tinggi, murah ongkos, dan murah biaya operasional. "Nonton televisi harus duduk, sementara mendengarkan radio bisa di mana saja. Di rumah, di mobil, atau pun di sawah. Pakai radio kecil yang harganya Rp 20 ribu, bisa dikantongi," kata Kalla. Ia menambahkan, dulu radio menjadi primadona. Presiden pun pidato lewat radio. Dulu semua artis terkenal juga lewat bintang radio. "Itu sudah hebat. Mau keroncong, seriosa, semua harus terkenal lewat radio. Soalnya, tidak ada cek dan ricek zaman dulu," katanya. Kalau tidak sempat menonton bola di televisi, tambahnya, pasti mendengarkannya di radio lewat laporan pandangan mata penyiar. "Bahkan kalau penyiarnya salah sebut pemain, kita tidak tahu, kan?" kata Kalla disambut tawa hadirin. "Televisi tidak bisa seperti itu. Itulah enaknya penyiar radio. Kadang-kadang tidak tegang, dikasih tegang, itu terserah dia," kata Wapres Kalla.

Kalla menyebut hal itu sebagai kelebihan masa lalu. Namun yang bisa mengembalikan kejayaan radio, kata Kalla, adalah inovasi. "Sekali lagi, radio tetap dibutuhkan. Mau berapa stasiun televisi, tapi ada 2 ribu radio," katanya. Perkembangan teknologi bisa dibeli tapi inovasi tidak bisa. Ia juga mengingatkan, RRI sudah didukung oleh modal, aset, dan dukungan pemerintah. Karena itu, RRI harus melakukan inovasi. "Harus jadi 'bench marking' dengan berita tercepat," katanya.

Read More ..

09 September 2008

Program Radio Antikemiskinan dan Kelaparan Diluncurkan

UNDP (United Nations Development Programme), Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Radio Republik Indonesia (RRI) dan Radio 68H meluncurkan program radio antikemiskinan dan kelaparan. Peluncuran dilakukan di auditorium RRI, Jakarta, Rabu (8/9) sore. Program radio bertajuk "Indonesia 2015: Mutlak" ini ditujukan untuk mendiskusikan tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals, MDGs) yang juga terkait dengan strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia. "Tanpa adanya MDGs, sebagai bangsa, Indonesia sudah meletakkan tujuan ini," kata Menko Kesra ad interim A. Malik Fajar dalam pidatonya yang dibacakan Deputi VI bidang Penanggulangan Kemiskinan, Djoharis Lubis.

Selama ini, katanya, Menko Kesra sudah membuat Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) yang sudah disosialisasikan ke daerah-daerah. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan MDGs yaitu mengurangi angka kelaparan dan kemiskinan yang parah yang harus dicapai secara global pada 2015. Tujuan deklarasi MDGs yang ditandatangani 189 negara, termasuk Indonesia pada September 2000 lalu, antara lain: mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.

Seri awal program radio ini disiarkan ke seluruh provinsi di Indonesia melalui jaringan stasiun RRI dan jaringan Kantor Berita 68 H selama tiga bulan ke depan. Untuk radio 68H, setiap Rabu pukul 09.00 WIB mulai 15 September 2004, melalui radio RRI setiap Senin pukul 17.00 WIB mulai 27 September 2004. Beberapa topik yang akan didiskusikan antara lain soal penyediaan layanan dasar kunci peningkatan kualitas manusia, pendidikan dasar murah dan bermutu untuk semua, air bersih untuk kawasan kumuh, dan kelompok rawan HIV/AIDS. Dialog ini akan melibatkan LSM, akademisi, wartawan dan wakil pemerintah, yang dipandu oleh Menko Kesra.

Read More ..

08 September 2008

Sudah 3 Tahun RRI Berusaha Menjadi Corong Publik

Radio Republik Indonesia (RRI) di era reformasi sudah melangkah lebih maju. Meski tetap dibiayai melalui APBN, tak ada kewajiban RRI untuk menjadi corong pemerintah. Sejak tiga tahun terakhir, RRI berusaha keras menjadi corong publik. Bahkan, kini tak ada kewajiban radio swasta me-relay warta berita dan siaran lainnya yang dianggap perlu oleh pemerintah. Kenyataan itu diungkapkan Direktur Utama RRI Parni Hadi kepada wartawan, Senin (8/9) menjelang buka puasa, menyambut HUT ke-63 RRI di Jakarta.

"RRI telah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) tiga tahun lalu, tepatnya 11 September 2005. Sejak itu RRI sudah bersifat independen, netral, tidak komersial serta mempunyai tugas memberikan layanan informasi, pendidikan, hiburan sehat, kontrol sosial dan perekat masyarakat serta pelestari budaya bangsa untuk seluruh lapisan rakyat Indonesia," katanya.
Parni Hadi menjelaskan, selama tiga tahun terakhir sesuai dengan perintah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 dan PP 12 tahun 2005, RRI berupaya keras menjadi corong publik, tidak lagi sebagai corong pemerintah seperti zaman Orde Baru. Pemerintah kini adalah mitra RRI, sama halnya dengan unsur legislatif dan yudikatif.

Independensi RRI, demikian Parni, diwujudkan dalam berbagai dialog interaktif yang melibatkan pihak-pihak yang mungkin berseberangan, dengan tujuan mencari solusi demi kemaslahatan publik. Sebagian besar dialog-dialog itu disiarkan secara three in one (audio, visual dan teks/www.pro3.com) bekerjasama dengan stasiun TV di samping melalui saluran uji coba Pro3 TV milik RRI. Siaran RRI sekarang dapat diakses melalui audiostreaming/radio internet.
"Dalam rangka turut serta menjaga kedaulatan NKRI, RRI terus meningkatkan daya pancarnya di daerah perbatasan dan siaran daerah perbatasan melalui program sabuk pengaman informasi. Sedangkan stasiun siaran luar negeri RRI (The Voice of Indonesia) meningkatkan siarannya dalam 11 bahasa asing untuk melayani warga negara Indonesia di luar negeri dan sebagai sarana diplomasi," jelas Dirut RRI itu.

Kepedulian RRI makin menyeluruh. Untuk membantu promosi wisata, RRI melakukan siaran bergerak melalui digital broadcasting dari atas kapal dan kereta api. Untuk meningkatkan komunikasi antara rakyat dan wakilnya di DPR, RRI menyelenggarakan program siaran Parlementaria dan Bersama Wakil Rakyat dari Studio Parlementaria RRI di DPR RI.
"Sadar akan tugasnya untuk turut mendorong pembangunan pedesaan, RRI meningkatkan siaran pedesaan dalam bentuk Development Broadcasting Unit dengan melibatkan kelompok pendengar siaran pedesaan. Peduli pada pembangunan mental spiritual keagamaan, RRI meningkatkan siaran keagamaan, di antaranya kuliah subuh on air di studio maupun pengajian untuk para pendengar secara periodik," kata Parni Hadi.

RRI juga peduli perempuan, remaja, anak, tidak melupakan sejarah. Untuk memberikan layanan informasi dan pendidikan politik bagi masyarakat, RRI adakan siaran Pemilu. Dan menghadapi mudik menyelenggarakan siaran Liputan Arus Mudik/Balik bekerjasama dengan PRSSNI dan ARSSLI. Menurut Parni, RRI kini memiliki 60 stasiun. HUT RRI ke-63 ditandai dengan peresmian ujicoba operasional stasiun RRI Meulaboh, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, 11 September 2008. Pada saat yang sama ditandatangani kerjasama antara RRI dan Pemda Kaimana, Papua Barat, untuk pembangunan stasiun RRI Kaimana.

Catatan Saya :
RRI bolehlah melebarkan sayap, tetapi kualitas audionya di Jakarta saja, hancur lebur. Coba saja pantau di daerah Menteng. Belum lagi mutu penyiarnya yang tidak independen dan bertele-tele. Tingkatkan terus bung, jangan sampai lengah!

Read More ..

23 Agustus 2008

Depkominfo Stop Izin TV dan Radio Baru

Pemerintah melalui Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) akan menerbitkan surat edaran tentang penghentian sementara (moratorium) permohonan izin bagi televisi dan radio di daerah-daerah padat, sebelum diberlakukannya penyiaran digital. Direktur Kelembagaan Komunikasi Pemerintah Daerah Depkominfo Bambang Subijantoro mengemukakan hal itu dalam acara Koordinasi dan Kerjasama Komunitas Kominfo Dalam Rangka Tertib Perizinan Lembaga Penyiaran di Daerah di Surabaya, Kamis (22/8).

''Kebijakan tersebut diambil Depkominfo karena banyaknya jumlah pemohon dan secara riil karena ketersediaan kanal frekuensi di daerah-daerah padat yang sesungguhnya sangat terbatas,'' katanya. Hingga saat ini ada 2.425 permohonan IPP (Izin Penyelenggaraan dan Penyiaran) yang terdiri dari 2.167 permohonan IPP radio dan 258 permohonan IPP televisi.
Seban yak 2.167 permohonan IPP radio terdiri dari 109 permohonan LPP (Lembaga Penyiaran Publik), 1.707 LPS (lembaga Penyiaran Swasta), 351 LPK (Lembaga Penyiaran Komunitas).
Sed angkan 258 permohonan IPP televisi terdiri dari 12 LPP, 179 LPS, 13 LPK dan 54 permohonan Lembaga Penyiaran Berbayar (LPB).

Bambang mengatakan, penggunaan teknologi penyiaran digital dapat menanggulangi kekurangan kanal frekuensi saat ini yang masih menggunakan teknologi penyiaran analog. ''Dalam industri penyiaran digital akan dipisahkan antara network provider (penyedia jaringan) dan content provider (penyedia konten),'' ujarnya. Dengan pembedaan tersebut dimungkinkan dalam penyelenggaraan penyedia jaringan yang jumlahnya tidak banyak namun membutuhkan investasi yang besar, dan bisa dilakukan oleh konsorsium.

Pemerintah telah menetapkan penggunaan standar TV digital yaitu DVB-T (Digital Video Broadcast Terestrial), sementara standar untuk radio digital masih dalam pengkajian.
Depkominfo juga telah menyelesaikan pemetaan kanal frekuensi untuk penyelenggaraan TV siaran digital terestrial, baik untuk penerimaan TV ''free to air'' maupun TV siaran digital bergerak (mobile TV).

Alokasi kanal frekuensi untuk layanan TV digital penerimaan tetap ''free to air'' DVB-T di Indonesia pada band IV dan band V UHF yaitu pada kanal 28 sampai 45 (total 18 kanal).
''Di tiap wilayah layanan dijatah 6 kanal, dimana satu kanal dapat diisi sejumlah 6 sampai 8 program siaran,'' katanya seraya berharap pada 2008 atau paling lambat pada 2009, era penyiaran digital di Indonesia dapat dimulai.

Read More ..

18 Agustus 2008

Melawan Kemiskinan dengan Radio Pikonane

Berita dari Liputan6.com : Peraih nobel perdamaian, Amartya Sen, menemukan kemiskinan dan kelaparan seringkali terjadi akibat ketiadaan akses informasi. Itu pula yang terjadi di Yahukimo, Papua, tiga tahun lalu. Daerah ini terisolasi. Jika saja informasi soal gagal panen cepat tersebar, korban mati akibat kelaparan di Yahukimo akan bisa dicegah.
Ini pula yang melatarbelakangi Kantor Berita Radio 68H Jakarta mendirikan radio lokal di Yahukimo. Tepatnya pada 10 September 2007, radio komunitas Pikonane didirikan. "Masyarakat di sana awalnya tidak suka dengan kehadiran kami. Mereka menentang. Namun lambat laun masyarakat di situ memahami dan menerima radio itu," kata Kathe Vince Dimara, penyiar radio Pikonane pada SCTV, Ahad (17/8).

Menurut Kathe, ada perbedaan signifikan antara sebelum dan sesudah kehadiran Radio Pikonane. Masyarakat kini bisa mendapatkan informasi dari dalam dan luar Papua. "Bahkan mereka juga bisa membawa informasi sendiri ke kantor untuk diketahui warga di Kabupaten Yahukimo," tambah Kathe.

Kathe mencontohkan betapa besarnya peranan radio ini. Tiga bulan silam, salah seorang reporter mengunjungi salah satu distrik di Yahukimo. Pada saat bersamaan, tanaman ubi dan jalar warga terserang hama. Mereka bingung kemana harus mengadukannya. "Mereka minta reporter untuk menginformasikan," kata Kathe.

Berkaitan dengan HUT RI ke-63, warga di Yahukimo tidak bisa menyaksikan langsung upacara melalui televisi. Pendapatan masyarakat yang mayoritas hidup dengan bercocok tanam tidak cukup untuk membeli perlengkapan seperti televisi dan antena parabola. "Saya berharap tahun depan bisa direlay walau hanya didengarkan lewat radio," ujar Kathe.

Kendati demikian, warga di setiap desa di Yahukimo selalu turun ke lembah berkumpul mengikuti upacara memperingati HUT RI. Selama upacara berlangsung, warga tidak diperkenankan melakukan rutinitas apapun. Mereka pun antusias karena setelah upacara, digelar berbagai perlombaan, sama seperti yang dilakukan masyarakat di perkotaan.

Read More ..

14 Agustus 2008

Wapres Luncurkan Digitalisasi Radio dan Televisi

Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla, Rabu (13/8) sore, dijadwalkan akan meluncurkan sistem Digitaliasi TV-Radio pertama di Indonesia. Menurut jadwal agenda wapres yang diterima Kompas, peluncuran sistem digitalisasi radio dan televisi itu akan dilakukan di auditorium TVRI di Jalan Gerbang Pemuda, Jakarta. Acara itu direncanakan dihadiri Menteri Negara Komunikasi dan Informasi Muhammad Nuh dan kalangan pertelevisian dan radio.
Namun, dari informasi yang diterima Kompas, program digitalisasi itu tidak termasuk Lembaga Penyiaran Publik TVRI, meski acaranya digelar di kompleks TVRI. Sejauh ini, TVRI masih tetap menggunakan jaringan analog. Kebanyakan stasiun televisi yang menggunakan sistem digitalisasi adalah stasiun televisi swasta.
Dengan menggunakan sistem digital, siaran radio dan televisi akan lebih jernih dan bersih ditangkap pendengar dan penontonnya. Dalam sistem ini, hanya dengan satu kanal saja, penonton bisa menangkap siaran sejumlah stasiun televisi.

Read More ..

08 Agustus 2008

Siaran Radio untuk Peningkatan Mutu Pendidikan

Menarik apa yang saya baca dari situs MBE (Managing Basic Education) dan USAID tentang upaya peningkatan mutu pendidikan berikut ini :

"Selamat malam anak-anak, inilah radio pendidikan SDN Sempu yang disiarkan langsung di studio mini SDN Sempu, Kecamatan Limpung Kabupaten Batang…" Itulah penggalan pembuka yang bisa kita dengar pada siaran radio pendidikan bila pada suatu malam Anda berada di tempat tersebut. Sapaan merdu sang penyiar radio, yang tidak lain adalah salah seorang guru SD tsb, disiarkan langsung oleh radio pendidikan SDN Sempu, pada gelombang 95,2 meter. Acara ini disiarkan pada malam tertentu mulai pukul 19 s.d 20, dan bisa didengar oleh siswa dan orangtua di desa itu .

Seperti dikatakan Kepala SDN Sempu, Bapak Setiarso, pada tahap awal, siaran radio yang baru menjangkau radius 5 km ini, dimaksudkan sebagai langkah inovatif yang dilakukan sekolah dalam upaya meningkatkan mutu dan kreativitas siswa. Kendati siaran ini belum secara periodik mengudara setiap malam, namun secara bertahap programnya akan diperbaiki dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran siswa.'Pada tahap awal, kami baru terbatas pada siaran radio untuk membimbing anak dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR) untuk matpel tertentu. Ke depan, kami akan meningkatkan mutu siaran dan ragam acara termasuk membina kreativitas, kesenian, dengan penyiar dari siswa itu sendiri', demikian tuturan ibu Nurul Faizah, salah seorang guru yang secara khusus diberi tugas untuk mengembangkan radio pendidikan SDN Sempu. Selamat untuk SDN Sempu. Adakah sekolah lain yang mau meniru ??

SDN Sempu Siap BerubahSD Sempu Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Jawa Tengah menunjukkan kesiapan untuk berubah, khususnya dalam menerapkan gagasan pembaharuan 'Managemen Berbasis Sekolah'. Pak H. Setiarso, Kepala SD ini, begitu bersemangat ketika menjelaskan beberapa jenis pembaharuan yang dilakukannya. SD ini sudah menerapkan azas keterbukaan dalam pencarian dan penggunaan dana. Beberapa sumber dana antara lain diperoleh dari koperasi sekolah, perkebunan, sumbangan masyarakat, pemerintah, dan peternakan. Pendapatan dana ini dipaparkan secara transparan di dinding sekolah. SD ini juga memiliki pemancar radio yang disiarkan setiap hari pada pukul 19.00 - 20.00 melalui gelombang 95,2 meter frekuensi AM. Daya siar gelombang ini dapat menjangkau kediaman siswa dalam radius sekitar 5 sampai 6 km.Semua guru yang berjumlah 10 orang mendukung program pembaharuan kepala sekolah. Misalnya, Ibu Nurul Faizah, guru kelas 6, mencoba menerapkan gagasan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dengan cara mengelompokkan siswa dan menampilkan hasil karya individual siswa pada dinding pajangan.

Komentar saya :
Apakah radio siaran seperti ini tidak butuh izin dari Postel? Kalau iya, maka harus diberikan sebagai radio komunitas.

Read More ..

01 Agustus 2008

Radio Singapura Internasional Berhenti Mengudara

Siaran Radio Singapore International (RSI) tidak lagi mengudara mulai 1 Agustus 2008 karena MediaCorp. menghentikan program berbahasa Inggris, Indonesia, Melayu dan Mandarin di gelombang pendek pada radio tersebut. Penutupan itu menyebabkan kerjasama RSI dengan 19 radio di Sumatera, Jawa dan Bali, juga terhenti. Dirut KEI 102.3 FM Kristyanto di Batam, yang bermitra dengan RSI, menyatakan, merasa kehilangan pertukartan acara dan informasi.

Penghentian siaran tersebut telah disosialisasikan pengasuh RSI, sejak sebulan silam. Menurut Kris, MediaCorp juga sudah menawari Kei FM untuk bekerjasama dengan radio-radio lain di Singapura.

RSI beroperasi sejak 1994. Siaran dengan gelombang pendek (SW) radiusnya mencapai 1.600 km. Pendengarnya, sekitar setengah juta orang di Asia Tenggara, terutama di Malaysia Semenanjung dan Timur, Indonesia, Thailand, Kamboja dan Vietnam. Channel NewsAsia (CNA)--anak MediaCorp--memberitakan, setelah penutupan siaran empat bahasa RSI pada Kamis malam resmi dilakukan CEO MediaCorp Lucas Chow, stasiun transmisi di Kranji berhenti beroperasi.

Perkembangan teknologi media, mengubah kebiasaan pendengar. Mereka berpindah akses dari siaran radio SW ke radio FM, dan internet. Selain itu makin banyak masyarakat yang pindah ke CNA untuk mendapatkan informasi dan berita tentang perkembangan Singapura, kawasan dan global. Dengan demikian, siaran dalam empat bahasa di radio SW tidak lagi optional, kata manajemen MediaCorp.

Selamat jalan RSI, semoga tidak diikuti oleh radio-radio internasional lain yang bersiaran di gelombang SW.

Read More ..