KBR68H tidak lagi melenggang sendirian karen asejak akhir 2006 lalu, telah mengudara Kantor Berita Radio (KBR) ANTERO yang diklaim sebagai radio satelit pertama di Aceh. Siaran Antero dipancarkan langsung melalui satelit dengan satelit Palapa C2 yang bisa didengar di seluruh Aceh dan Asia Pasifik. "Untuk Aceh, Antero diperkuat siarannya oleh jaringan-kerjasama radio lokal lainnya di Aceh. Bahkan, siaran kita bisa didengar di seluruh dunia lewat perangkat live streaming,"ujar Uzair Managing Director, KBR Antero.
Antero dibangun dengan investasi Rp 1,2 miliar mengaku menggaji karyawan di atas standar Upah Minimum Provinsi (UMP). Uzair menyebutkan operasional sebulan rata-rata Rp 50 juta dan yang terbesar untuk gaji 30 karyawan. "Target tahun ini kita akan meraih tingkat Break Event Point (BEP)," tambah Uzair yang belajar di kantor pusat Radio Deutsche Welle, Koln, Jerman.
Menurut Uzair, gaya Antero penggabungan gaya siaran Radio BBC London dengan Radio Deutsche Welle dan KBR 68 H. Dijelaskan, memberitakan Aceh tidak hanya mencatat korban berdasarkan statistik, tetapi mengungkap dampak dari suatu peristiwa atau tragedi. Misalnya kasus kekerasan terhadap anggota KPA di Atu Lintang Aceh Tengah, pihaknya menyajikan berita Atu Lintang lewat pengungkapan dampak kasus ini bagi isteri dan anak keluarga korban Atu Lintang. "Intinya, kita selalu berusaha mengembangkan jurnalisme damai dan membangun solusi damai lewat sajian berita," promosi Uzair.
Sekretaris Jenderal Partai Rakyat Aceh Thamrin Ananda menyatakan KBR Antero telah menjadi radio berita yang sangat penting di Aceh. Radio ini sangat menarik bagi warga masyarakat Aceh. Media ini, sambungnya tak sekadar menyajikan berita ke publik, tetapi juga mampu mendidik publik lewat sajian pemberitaannya. "Media ini berusaha mengembangkan jurnalisme damai dengan baik," puji Thamrin Ananda kepada wartawan.
05 Mei 2008
ANTERO, Kantor Berita Radio Pertama di Aceh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar