30 April 2010

Sembilan Anggota KPI Pusat Periode 2010-2013

Proses uji kelayakan dan kepatutan (fit and propertest) Komisi I DPR RI akhirnya memilih dan menetapkan sembilan nama anggota KPI Pusat periode 2010-2013. Sembilan nama tersebut terpilih melalui voting terbuka di hari terakhir dihari terakhir fit and proper test, Rabu malam(28/4).

Berikut adalah sembilan nama yang akan mengisi jabatan komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat selama tiga tahun ke depan :
- Mochamad Riyanto (42 suara),
- Ezki Tri Rezekin (42 suara),
- Dadang Rahmat Hidayat (36 suara),
- Azimah (31 suara),
- Nina Mutmainnah (30 suara),
- Idy Muzzayad (25 suara),
- Iswandi Syahputra (25 suara),
- Yudhariksawan (23 suara), dan
- Yazirwan Uyun (22 suara).

Read More ..

23 April 2010

60 Tahun CRI Mengudarakan Siaran Bahasa Indonesia

Tak Kenal maka Tak Sayang. Soal penguasaan bahasa, sejak dahulu China merupakan salah satu bangsa yang sangat serius menggarap bidang tersebut. Tidak hanya banyak sekolah yang menawarkan berbagai macam jurusan bahasa, termasuk bahasa minoritas yang sedikit penuturnya, tetapi juga dalam memberikan siaran radio. China menyadari hubungan dari orang ke orang (people to people) adalah hubungan yang sangat penting dalam membangun relasi antarnegara dan antarbangsa.

Radio China International (CRI) yang dahulu dikenal dengan nama Radio Peking sejak 60 tahun lalu telah menyiarkan siaran radio dalam berbagai macam bahasa, termasuk bahasa Indonesia. CRI berdiri pada 3 Desember 1941 dan menyiarkan program siaran dalam 58 bahasa. Radio ini memiliki 30 kantor biro di segala penjuru dunia. Satu hari, total jam siarannya mencapai 1.520 jam. CRI mulai siaran bahasa Indonesia pada tahun 1950. Sebelumnya disiarkan bahasa Jepang dan Inggris. Jadi, tahun ini tepat juga 60 tahun siaran bahasa Indonesia di CRI.

”Tujuan kami menyiarkan bahasa asing adalah untuk mempererat hubungan dengan negara asing tersebut,” ujar Xie Yinghua, salah seorang editor dalam siaran radio bahasa Indonesia.

Hebatnya, ketika hubungan Indonesia dan China terputus, siaran bahasa Indonesia CRI tetap mengudara. ”Ketika itu memang bahannya menjadi sangat sedikit. Jika dahulu ada bahan-bahan berita dari Indonesia, ketika hubungan terputus tidak ada lagi. Jadi, kami hanya menyiarkan lagu-lagu dari piringan hitam dan berita dari China,” ujar Xie sambil menerawang, mengenang perjalanan puluhan tahun lalu ketika awak CRI masih sedikit dan situasi politik kedua negara tidak menguntungkan.

Xie menceritakan, ketika itu perlengkapan masih sekadarnya. ”Jadi, satu penyiar itu harus menyapa pemirsa, membacakan surat sekaligus memutar lagu yang masih berbentuk piringan hitam. Bisa dibayangkan betapa repotnya,” kata Xie yang berasal dari Madura dan bertugas mengedit tulisan-tulisan yang hendak dibacakan dalam siaran bahasa Indonesia.

Salah satu kekuatan CRI memanglah banyaknya siaran dalam berbagai bahasa. Tidak hanya itu, pada era internet ini mereka juga memiliki situs yang ditulis dalam 60 macam bahasa, termasuk bahasa buatan manusia Esperanto.

”Orang perlu saling mengenal,” kata Gu Hongfu, Direktur Departemen Asia CRI. Gu, warga China yang lancar berbahasa Indonesia, mengatakan, hubungan antarorang dari negara yang berbeda sangatlah penting. Banyak persoalan sehari-hari yang perlu dibahas agar rakyat di kedua negara saling mengenal.

Selain menyiarkan langsung siarannya, di Indonesia CRI juga bekerja sama dengan jaringan radio Elshinta. Berbagai topik disajikan dalam acara perbincangan yang menarik pemirsa. Tanggapan dari pemirsa di Indonesia terlihat dari banyaknya surat yang dikirimkan ke CRI.
Kini, CRI didukung juga oleh orang-orang muda, perpaduan antara lulusan dari jurusan bahasa Indonesia di universitas-universitas China dan warga Indonesia yang bekerja di sana. Karena merupakan gudang ahli bahasa asing, awak CRI sering dimintai bantuan mendukung kementerian lain yang memerlukan bantuan. ”Misalnya ada delegasi dari luar negeri dan penerjemah atau staf lain tidak mencukupi, kami juga sering diminta membantu,” kata Gu. (Kompas)

Read More ..

20 April 2010

Kerjasama Radio Elshinta dengan CRI Telah Diresmikan

Radio Elshinta makin melengkapi referensi berita dan informasi luar negerinya setelah BBC, VOA dan Radio Australia. Penandatanganan kerjasama dan peluncuran program China Radio International (CRI) dengan Elshinta Radio hari Selasa (20/4), diresmikan di Grand Ballroom, Sultan Hotel Jakarta.

Selain dihadiri oleh perwakilan kedua radio, penandatanganan juga dihadiri sejumlah undangan Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Zhang Qiyue dan Ditjen KPI Kemendag Indonesia Gusmardi Bustami.

Setelah penandatanganan kerjasama, acara dilanjutkan dengan diskusi tentang peluang produk Indonesia di pasar CAFTA (Kawasan Perdagangan Bebas Tiongkok-ASEAN). Diskusi interaktif tersebut disambut dengan meriah oleh para undangan yang hadir.

Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Nyonya Zhang Qiyue, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Departemen Perdagangan Gusmardi Bustami, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Adi Putera Taher, serta Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balibang) Departemen Perdagangan, Muchtar tampak hadir dalam acara diskusi dengan menyampaikan sambutan dan paparan singkat tentang peluang pasar produk Indonesia.

Siaran CRI berbahasa Indonesia dapat didengarkan setiap hari melalui jaringan Radio Elshinta pada pukul 20.30-21.00, 22.00-22.30 dan 23.00-23.05 (Elshinta.com)

Read More ..

18 April 2010

Wereldomroep meluncurkan web ‘Most Wanted’

Radio Nederland Wereldomroep hari ini meluncurkan dosir web yang lengkap dan interaktif dalam 7 bahasa tentang Hak Azasi Manusia (HAM) dan tahanan politik: www.rnw.nl/tahananpolitik. Dalam dosir web yang berjudul ‘Most Wanted’ kami menampilkan potret anggota keluarga para tahanan politik.

Peluncuran ini diselenggarakan saat berlangsungnya konferensi ‘Human Rights & (New) Media’ di Den Haag. Dosir web dan video merupakan hasil kerja sama dengan IDTV.

Most Wanted merupakan dosir web dalam tujuh bahasa dan memuat tayangan video yang menyentuh hati dan mengandung informasi terpercaya mengenai perkembangan dan pembahasan terkini tentang HAM. Dalam delapan video para anggota keluarga tahanan politik dari Kuba, Uzbekistan, China, Iran, Eritrea, Indonesia, Azerbaijan, dan Kolombia bercerita. Dosir web ini terbit dalam bahasa Belanda, Inggris, Spanyol, Indonesia, China, Arab, dan Perancis.

Rik Rensen, pemimpin redaksi Radio Nederland Wereldomroep: “Para tahanan yang ditayangkan ini berasal dari daerah-daerah yang kebebasan mengeluarkan pendapat dan kebebasan pers terbatas. Justru di daerah-daerah ini Radio Nederland Wereldomroep melakukan aktivitasnya dan perlu adanya perhatian terhadap kisah pribadi para tahanan politik.”

Dosir web ini terutama membahas tahanan politik yang tidak dikenal. Mengapa mereka ditahan dan dalam kondisi apa? Bagaimana para anggota keluarga menghadapi tuntutan terhadap orang yang mereka sayangi itu dan terkadang sudah bertahun-tahun dilarang untuk berhubungan? Bagaimana LSM HAM memanfaatkan berbagai jaringan media sosial untuk melakukan aksi mendorong pembebasan tahanan politik? Radio Nederland Wereldomroep membentuk suatu platform yang dapat digunakan para anggota keluarga, sahabat dan organisasi untuk bertukar informasi dan pengalaman.

Read More ..

14 April 2010

VOA Umumkan Pemenang Fellowship Tahunan

Perhimpunan Persahabatan Indonesia–Amerika (PPIA) bekerjasama dengan Voice of America, untuk ketiga kalinya, akan mengirim dua penerima Program PPIA-VOA Broadcasting Fellowship ke Washington. Pemenang tahun ini adalah Nurina Asri Savitri (25) dan Febriamy Dame Deborah Hutapea (27).

Pengumuman tersebut disampaikan dalam jumpa pers di Hotel Nikko, Jakarta, pada hari Rabu. Para pemenang, Nurina dan Febriamy, akan memulai program fellowship di VOA, yang berlokasi di Washington, pada pertengahan April. Fellowship akan berlangsung selama enam bulan dan dapat diperpanjang hingga satu tahun.

Selama bekerja di VOA mereka akan menimba ilmu jurnalistik radio dan televisi di Amerika Serikat, serta berperan sebagai duta-duta muda Indonesia yang mewakili PPIA. Program ini juga mengharapkan para fellow dapat menjembatani kesenjangan yang sering muncul antara masyarakat Indonesia dan masyarakat Amerika karena kekurangpahaman budaya satu sama lain.

Selain para pemenang, muncul pula dalam jumpa pers program PPIA-VOA Broadcasting Fellowship tahun 2010, Direktur VOA Jakarta Frans Padak Demon, para pengurus PPIA dan dua jurnalis penerima program serupa tahun 2009 lalu, Esther Samboh dan Juanita Wiratmaja.

Esther mengatakan selama bekerja untuk VOA Indonesia di Washington, ia mendapat cukup banyak pengalaman, terutama bagi peningkatan kemampuannya sebagai jurnalis. “(Saya) belajar banyak sekali, kedisiplinan, terutama manajemen waktu dalam pekerjaan, mulai dari riset membuat paket program, dan lain-lain," kata Esther.

Juanita Wiratmaja mengisahkan sebagian pengalamannya selama setahun mendapat kesempatan bekerja untuk VOA. “Serunya, kalau tengah meliput kegiatan untuk mempromosikan kesadaran tentang lingkungan hidup, Earth Day di kalangan remaja dan anak-anak di AS, serta melibatkan partisipasi banyak pihak dan luas.”

Selama di Amerika, Esther dan Juanita banyak berinteraksi dengan warga Amerika, dan sama-sama menyebut kesan yang paling mendalam mengenai masyarakat Amerika adalah kental jiwa dermawan dan sukarelawan yang mereka miliki.

Esther dan Juanita menamatkan fellowship PPIA-VOA di akhir bulan Maret, setelah setahun penuh bekerja untuk VOA Indonesia di Washington.

Kepada para pemenang tahun ini, Ketua Pengurus PPIA Meity Robot meminta mereka untuk menggunakan kesempatan bekerja dan tinggal di Amerika Serikat dengan sebaik-baiknya. "Mereka diharapkan dapat memberi sumbangan bagi peningkatan profesionalisme dunia jurnalisme di Indonesia,” ujar Meity. Ia juga menyatakan keyakinannya bahwa program ini dapat meningkatkan kerjasama antara Indonesia dan Amerika.

Pemenang Fellowship 2010

Para penerima PPIA-VOA Broadcasting Fellowship 2010, Nurina Asri Savitri, bekerja sebagai reporter di Metro TV, sedangkan Febriamy Dame Deborah Hutapea, bertugas sebagai reporter harian berbahasa Inggris, The Jakarta Globe.

Nurina merasa bersyukur menjadi bagian dari program tahun ini. "Ini kesempatan membangun saling pengertian masyarakat kedua negara antara Amerika dan Indonesia,” ujar Nurina.

Sementara itu, Deborah menyampaikan keinginannya menimba pengetahuan mengenai jalannya demokrasi di Amerika. "Kita tahu demokrasi di Indonesia saat ini berjalan cukup maju, tapi itu tidak sejalan dengan demokrasi ekonomi,kebanyakan masyarakat Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan,” tambah Deborah.

Tantowi Yahya, Ketua Pengurus PPIA, dan Norman Goodman, Kepala Siaran VOA Bahasa Indonesia, memprakarsai program ini pada tahun 2008. Turut mensponsori program tahun 2010 adalah Purnomo Yusgiantoro, Cathay Pacific Indonesia dan Yayasan Lembaga Indonesia-Amerika (LIA).

Kepala Siaran VOA Indonesia di Washington, Norman Goodman, menyatakan kepuasannya dengan standar yang tinggi dan kinerja yang luar biasa dari para peserta program sebelumnya. Ia juga berharap keberhasilan Program PPIA-VOA Broadcasting Fellowship ini dapat terus berlanjut. (VOA)

Read More ..

13 April 2010

KPID Sulsel Rapat Bahas Izin Radio Takalar

Komisi Penyiaran Independen (KPI) Daerah Sulawesi Selatan Senin (12/4/2010) menggelar evaluasi dan dengar pendapat atas permohonan izin penyelenggaraan penyiaran Radio Harmoni Takalar. Pembahasan penyiaran melibatkan mitra strategis Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sulsel.

Evaluasi dengar pendapat (EDP) Radio Harmoni FM Takalar dihadiri sekitar 30 undangan yang terdiri dari unsur Pemkab Takalar, masyarakat Takalar, pemerhati media, mahasiswa, balai monitoring, dan pemuka agama setempat. (Tribun Timur)

Read More ..

08 April 2010

Ratusan Radio dan TV Membangkang, Tak Putar Indonesia Raya

Ratusan stasiun televisi dan radio tidak memutar lagu kebangsaan Indonesia Raya saat memulai dan mengakhiri program siaran mereka. Padahal, hal itu diwajibkan dalam Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia Nomor 2 dan 3 Tahun 2009 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran atau P3 dan SPS.

Itu sebabnya, Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah mengancam akan menegur stasiun televisi dan radio yang membangkang tersebut. "Padahal, itu diatur dalam Peraturan KPI Nomor 2 dan 3 Tahun 2009 tentang P3SPS," kata anggota KPID Jateng Divisi Pengawasan Isi Siaran, Zainal Abidin Petir, di Semarang, Kamis (8/4).

Menurut dia, berdasarkan pemantauan tiga bulan terakhir, peraturan yang diteken Ketua KPI Pusat Sasa Djuarsa Sendjaja pada 10 Desember 2009 itu tidak dipatuhi. "Sampai saat ini belum ada iktikad baik dari seluruh lembaga penyiaran televisi dan radio di Jateng," katanya.

Lembaganya juga mencatat, sekitar 262 lembaga penyiaran televisi dan radio di Jateng diduga melanggar peraturan tersebut. "Kami akan mendatangi semua lembaga penyiaran itu. Kalau mereka belum melaksanakan peraturan itu, akan kami tegur secara tertulis," katanya.

Apabila teguran tertulis tidak digubris, katanya, lembaga penyiaran terancam sanksi, termasuk pencabutan izin penyiaran. "Dengan dikumandangkannya lagu kebangsaan, diharapkan para pengelola lembaga penyiaran dapat mengisi program siaran sesuai nilai-nilai agama, moralitas, dan jati diri bangsa," katanya.

Selain stasiun televisi dan radio lokal, pihaknya juga akan mengeluarkan teguran untuk 11 stasiun televisi nasional, seperti TVRI, TV One, ANTV, RCTI, TRANS TV, TRANS 7, TPI, Global TV, Metro TV, Indosiar, dan SCTV.

"Kami memiliki wewenang untuk menjatuhkan sanksi terhadap televisi nasional karena mereka memanfaatkan frekuensi untuk siaran di wilayah Jateng. Mereka tetap harus taat dan patuh pada hukum," kata Zainal. (Kompas)

Read More ..

05 April 2010

Tidak Sekedar Efisiensi, TVRI dan RRI Harus Kuat

Penggabungan TVRI dan RRI jangan hanya dilihat sebagai upaya efisiensi saja. Adapun yang paling utama yang mesti dilakukan kedua lembaga penyiaran publik ini adalah melakukan penguatan kelembagaan sesegera mungkin. Jika kuat, TVRI dan RRI akan kembali menjadi lembaga penyiaran kelas atas.

Disela-sela diskusi terbuka sebelum pendeklarasi Hari Penyiaran Nasional (Harsiarnas) pada 1 April lalu, di Balai Kota Solo. Dirjend SKDI Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kekominfo), Bambang Subiantoro memberi klarifikasi tentang adanya rencana penggabungan RRI dan TVRI.

Menurut Bambang, draft aturan mengenai rencana penggabungan lembaga penyiaran publik TVRI dan RRI belum ada. Karenanya, baik Dirjen maupun Menteri, belum sama sekali tahu dan membaca rencananya tersebut.

Pernyataan dari Bambang tersebut secara langsung juga menepis rumor yang sudah lama beredar yakni terkait rencana pemerintah yang akan membuat peraturan tentang penggabungan lembaga penyiaran publik TVRI dan RRI.

Menurut Bambang, yang paling krusial dilakukan saat ini adalah memperkuat ke dua lembaga penyiaran tersebut agar mampu bertahan dan bersaing secara sehat dengan lembaga-lembaga penyiaran lainnya.

Adapun untuk memperkuat ke duanya, lanjut Bambang, ada empat langkah yang mesti dijalankan. Pertama, perkuat kelembagaan. Kedua, perkuat sumber daya manusianya (SDM). Ketiga, perkuat fasilitas dan infrastrukturnya. Dan keempat, perkuat program dan isi siaranya.

“Karena ini kami katakan kepada semua pihak bahwa kami tidak ada niat untuk menggabung ke dua lembaga penyiaran tersebut. Justru yang kami inginkan adalag menguatkan keduanya agar tidak menjadi lembaga penyiaran kelas dua. Jadi saya harap jangan ada salah persepsi,” ungkap Bambang di depan peserta deklarasi.

Sementara itu, pengamat penyiaran dan mantan anggota Komisi I DPR RI, Paulus Widiyanto menceritakan, persoalan penggabungan TVRI dan RRI sudah cukup lama dibicarakan. Menurutnya, penggabungan TVRI dan RRI bukan hanya untuk upaya efisiensi saja tetapi yang lebih penting dari adalah memperkuat kelembagaannya.

Read More ..

01 April 2010

Solo Pusat Deklarasi Hari Penyiaran Nasional

Solo akan menjadi tempat deklarasi nasional Hari Penyiaran Nasional pada Kamis, 1 April 2010 mendatang. Dipilihnya Solo karena sejarah penyiaran di Indonesia berawal dari Kota Bengawan ini.

Ketua Panitia Deklarasi Nasional Hari Penyiaran Nasional, Saraswati mengatakan pihaknya mengusulkan kepada pemerintah pada tanggal 1 April sebagai Hari Penyiaran Nasional. Oleh sebab itu pada tanggal tersebut akan di deklarasikan sebagai Hari Penyiaran Nasional.

Pendeklarasian yang dipusatkan di Solo, dikatakan dia sangat beralasan. Pasalnya, sejarah kelahiran penyiaran yang dimiliki pribumi asli bermula dari Solo.

"Radio yang pertama kali didirikan oleh Sri Paduka Mangkunegaran VII pada 1 April 1933 itu bernama Solose Radio Vereneging (SRV) di Solo," kata Saraswati di Solo, Senin, 29 Maret 2010.

Dia menerangkan pada waktu itu siaran radio SRV bisa didengarkan sampai ke luar negeri. "Dulu waktu putri Mangkunegaran menari dengan diiringi gamelan itu disiarkan hingga ke negeri Belanda," kata dia.

Oleh sebab itu, dalam deklarasi nanti, pihak panitia juga akan mengukuhkan Sri Paduka Mangkunegara VII sebagai Bapak Penyiaran Indonesia. "Ya, karena beliau merupakan orang pribumi pertama yang menyiarkan siaran radio sewaktu penjajahan Belanda. Jadi sangat wajar kalau beliau menjadi Bapak Penyiaran Indonesia," harapnya.

Dalam deklarasi Hari Penyiaran Nasional, lanjut dia, akan diikuti sekitar 400 orang dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka terdiri dari insan penyiaran baik RRI maupun non RRI di Indonesia, insan televisi, dan seluruh ketua KPI Daerah.

Menurut rencana acara deklarasi itu akan dihadiri oleh tiga menteri. Diantaranya, Menteri Komunikasi dan Informasi, Menteri Sosial dan Menteri Pendidikan Nasional. "Kita masih menunggu konfirmasi. Tetapi kalau tidak datang akan didelegasikan kepada Dirjen masing-masing," ujarnya. (VIVAnews)

Read More ..