23 Oktober 2008

Radio Religius Tawarkan Penyembuhan Surgawi

Di Belanda, stasiun radio religius tengah marak-maraknya. Para pendengar tampaknya tidak ingin lagi bersusah payah mencari-cari acara agama yang oleh radio publik dipindahkan ke jam-jam sepi di tengah malam. Frekuensi lama siaran pemancar radio komersial kini diambil alih oleh stasiun radio dengan nama Radio Maria dan Radio Kabar Baik.

Radio Maria tidak dibiayai gereja Katolik. Pemancar radio ini tidak menyiarkan iklan dan tidak mau menerima subsidi. Radio Maria adalah gerakan rohaniwan yang hidup dari sumbangan. Tapi untuk isi acaranya, pemancar radio ini sangat bergantung pada gereja. Konperensi, sinoda uskup, ceramah teologi dan renungan adalah sumber-sumber yang dimanfaatkan Radio Maria. Juga pelbagai doa dalam ibadah, seperti lauden, angelus dan vespers dapat didengar. Adakah publik untuk itu? Francois Vluggen mengatakan, "Di Belanda, kami merasa negara paling sekuler di dunia. Tapi di Austria, yang juga menghadapi masalah intern besar dalam gereja, radio religius sudah berusia sepuluh tahun. Ini adalah awal masa depan yang bagus."

Radio Kabar Baik bersifat lugas. Itu wajar, karena radio ini bermarkas di lokasi perusahaan di Veenendaal. Kendati demikian, ini tidak mengurangi semangat yang ada. Wawancara mendalam, studi Alkitab, acara berita dan musik religius. Semuanya diangkat oleh stasiun radio ini yang mengundara sejak Desember 2007. Pendirinya adalah mantan penyiar Evangelische Omroep, Evert ten Ham. Menurutnya, stasiun radio ini bahkan bersifat menyembuhkan. "Saya pernah berbincang-bincang dengan seorang ahli terapi yang menangani perempuan penderita gangguan jiwa. Kondisi kesehatan salah seorang klien sangat membaik. Pengobatan terhadap dirinya berkurang hingga separuhnya dan ia tidak memakai obat tidur lagi. Rahasianya adalah Radio Kabar Baik. Sang klien berkata, 'Saya menjadi tenang berkat radio itu dan saya mengalami Tuhan dari dekat.' Kami tampaknya obat surga. Saya senang dengan itu."

1 komentar:

Anonim mengatakan...

radio apa yang di indonesia seperti ini ya?