28 September 2008

Mahasiswa Indonesia di Australia Luncurkan Radio Berbasis Internet

Antara memberitakan bahwa Mahasiswa Indonesia di Negara Bagian Queensland, Australia, selangkah lebih maju dalam mengkomunikasikan berbagai ide dan dinamika kegiatannya dengan peluncuran radio berbasis internet yang diberi nama "Web Radio Pelajar Indonesia Queensland (WRPIQ)". Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) Cabang Queensland, Reymanditya Poerwito, kepada ANTARA di Brisbane, mengatakan, WRPIQ resmi diluncurkan pada 25 September sebagai media penyaluran informasi secara global melalui situs PPIA Queensland (www.ppia-qld.org). "Kita `upload` programnya lalu kita dengarkan lewat situs PPIA Queensland," katanya.

Reymanditya mengatakan, para pengelola WRPIQ menyediakan "rekaman" siaran baru setiap Selasa. Informasi PPIA Queensland menyebutkan, pembentukan radio berbasis internet ini merupakan inisiatif para aktivis PPIA untuk mempersatukan para pelajar Indonesia yang berdomisili di negara bagian Queensland. Siaran perdana yang dibuka dengan program "Buat Kita-Kita" (BUTA) mengudara pada 8 September. Program BUTA itu sendiri terdiri atas sejumlah segmen, seperti BUTA PPIA (informasi terbaru dari PPIA), BUTA Event (rencana-rencana kegiatan PPIA), BUTA Jajan dan Jalan, dan BUTA Film (film-film layak tonton).

Para pengelola QRPIQ juga menyelipkan acara BUTA lagu-lagu Indonesia untuk membantu kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia menghilangkan rasa rindu mereka pada tembang-tembang khas Tanah Air serta BUTA Tips yang memuat informasi ringan tentang kesehatan dan hal-hal lain yang bermanfaat.

Read More ..

27 September 2008

Wartawan Radio Banyak yang Jadi Korban ya?

Kali ini saya ingin merangkum beberapa kejadian sial yang menimpa wartawan radio. Semoga dapat menjadi bahan kehati-hatian bagi rekan wartawan radio dalam meliput berita-beritanya.

1. Di sela-sela peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Bandung. Seorang reporter Radio Trijaya di Bandung M Firman (25) tewas dalam sebuah kecelakaan saat hendak meliput acara puncak peringatan HPN yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Firman tewas setelah mengalami kecelakaan di Jalan AH Nasution, Bandung, sekitar pukul 10.35 WIB. Pada saat itu diketahui hujan turun dengan lebat saat Firman melaju dengan motornya menuju pusat lokasi HPN. Firman selama ini tinggal di Gang Desa, Cibiru, Bandung Timur. Sehari-hari sering melakukan liputan di Gedung Sate, Bandung.

2. Wartawan Radio Elshinta, Iswahyudi, menjadi korban pengeroyokan massa. Dia dipukuli orang tidak dikenal saat meliput kebakaran di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat Rabu (18/7/2007). "Tadi wartawan Elshinta melapor ke Polsek Tanah Abang pukul 01.00 WIB. Informasinya dipukuli warga di Kebon Melati," kata seorang petugas jaga Polsek Tanah Abang kepada wartawan. Petugas itu mengatakan, saat ini Iswahyudi dibawa ke RS Mintoharjo untuk dilakukan perawatan dan visum. Akibat pemukulan itu, Iswahyudi mengalami luka di mata kiri bagian bawah, pelipis mata kiri dan kening.

3. Novi Zakaria (29), juga wartawan Radio Elshinta selama berhari-hari tak dapat tidur nyenyak. Ia mendapat teror SMS yang cukup mengganggu. Dalam SMS dari pengirim yang tak dikenal, ia diancam akan dibunuh. SMS ancaman itu berbunyi "Saat loe nongkrong, ada clurit di leher loe"."Sudah tiga hari ini saya dapat SMS begini," ujar Opie - begitu ia kerap disapa di Polres Jakarta Utara, usai melaporkan kasusnya sambil menunjukan sms ancaman itu dari no 0888 1900 6XX. Ia menduga SMS itu dilayangkan dari orang yang geram atas pemberitaan yang ia angkat. "SMS itu saya terima setelah saya memberitakan perselingkuhan anak pejabat di lingkungan militer.

4. Wartawan seringkali juga mengabaikan keselamatan dirinya dalam melakukan liputan. Terapung-apung 5 jam di laut karena kapal yang ditumpangi kehabisan bahan bakar menjadi pengalaman apes sejumlah wartawan usai meliput bangkai KM Levina yang terbakar di Laut Jawa. Kejadian ini menimpa sejumlah wartawan Radio Trijaya dan Radio Elshinta beserta wartawan media lainnya pada Jumat 23 Februari 2008.

5. Sabtu (27/9/2008), sekitar pukul 13.30, penganiayaan dan perusakan terjadi kepada dua wartawan, yakni kontributor Global TV di Pontianak Denny Juniardi dan serta kameramen Indosiar yang juga kontributor Radio Elshinta di Pontianak Nasir Putera, saat mengambil gambar pembongkaran kayu di PT WBA dari atas perahu motor di Sungai Kapuas. Saat hendak pulang, perahu motor yang ditumpangi wartawan itu dikejar dan dicegat dua kapal motor milik pekerja kayu di PT WBA.

6. Sahrozi (45), wartawan Elshinta di Bandung dibacok oleh dua orang tak dikenal di dekat rumahnya di Komplek Suaka Indah Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi, pukul 08.30 WIB Rabu (14/5/2008). Si pembacok berhasil menggondol tas milik Sahrozi yang berisi uang Rp 15 juta. Menurut rekan kerja Sahrozi, Denay Lesmana menuturkan sekitar insiden ini bermula saat Syahrozi di depan pos RT 2 RW 12 Komplek Suaka Indah, tiba-tiba dia dihadang oleh dua orang yang menggunakan helm. Kedua orang itu berusaha merebut tas yang pegang oleh Sahrozi. Namun Sahrozi berusaha mempertahankannya, sehingga terjadi pergumulan. Karena kekuatan tak seimbang, akhirnya Sahrozi roboh saat salah satu pelaku mengeluarkan golok dan membacok kedua tangan, telinga kanan, dan juga kaki.

Tentu saja banyak nama-nama korban lain yang tidak sempat saya rangkum di blog saya ini, tetapi sekelumit tulisan saya diatas menunjukan wartawan radio sekarang ini punya resiko yang sama dengan wartawan media lainnya, tidak seperti 10 tahun lalu, dimana radio hanya dianggap sebagai media hiburan dan hobby semata.

Read More ..

25 September 2008

RRI dan PRSSNI Siaran Bersama Arus Mudik

Radio Republik Indonesia dan Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia melakukan kerjasama pemantauan arus mudik. Kerjasama ini berupa pemantauan arus mudik dan balik selama Lebaran. Menurut Kepala RRI Bandung Bochri Rachman, siaran bersama ini merupakan bentuk kongkrit sinergitas insan radio di Jabar di 100 Tahun Kebangkitan Nasional. "Dimulai dengan pantauan arus mudik," tuturnya di sela-sela Peluncuran Siaran Bersama RRI-PRSSNI Rabu (24/9) di RRI Bandung.

Ide siaran bersama ini merupakan tindak lanjut dari semangat Kebangkitan Insan Radio yang dicetuskan pada Hari Radio beberapa waktu lalu. Setelah siaran bersama ini, kerjasama akan dilanjutkan dengan pembentukan News Center.

Seminggu menjelang dan sesudah Lebaran, RRI bersama radio-radio swasta yang tergabung dalam PRSSNI akan melakukan siaran bersama. Jam siarannya Pukul 13.30 14.00 WIB dan 20.00 20.30 WIB (relay RRI). Konsep siaran bersama ini belum pernah dilakukan sebelumnya.
"Kami (RRI) juga menampung info dan laporan dari reporter radio swasta. Tidak hanya relay," ucapnya. Sedikitnya sepuluh radio swasta yang terlibat dalam jaringan siaran bersama ini.

Read More ..

24 September 2008

Radio di Bali Dihimbau Kumandangkan 'Tri Sandya'

Himbauan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Bali agar semua radio yang bersiaran di Bali mengumandangkan Puja Tri Sandya direspons positif berbagai kalangan. Dalam acara Evaluasi Dengar Pendapat (EDP) yang diadakan KPID Bali terhadap Radio Sanathana Dharma Denpasar di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, minggu lalu, beberapa pihak malah mendesak agar KPID tak sebatas mengimbau, namun mewajibkan semua radio untuk menyiarkan Puja Tri Sandya. 'Himbauan KPID Bali amat mulia, namun sebaiknya jangan sebatas himbauan. Sebaiknya semua radio diwajibkan menyiarkan Puja Tri Sandya, agar ada pencerahan dan nuansa yang kuat dalam membangun penyiaran di Bali,' demikian saran Klian Banjar Abiantimbul, Denpasar, Anak Agung Gede Wibawa.

Ketua Komisi A DPRD Denpasar Pande Sudirta juga memuji langkah KPID tersebut. Hal senada juga dilontarkan Wakil Ketua PHDI Kota Denpasar I Putu Astawa. ”Siaran Tri Sandya akan memberi energi dan dorongan spiritual bagi pendengar dalam pengendalian diri,” kata Astawa. Menanggapi dukungan dan harapan-harapan tersebut, Wakil Ketua KPID Bali IB Radendra Suastama menyampaikan terima kasihnya. ”Sesuai amanat UU No.32/2002, KPID sebenarnya bisa mewajibkan lembaga penyiaran untuk menyiarkan Tri Sandya, namun kami belum selesai menyusun pedoman perilaku penyiaran lokal. Saat ini baru bisa mengimbau,” ujar Radendra yang juga bertindak sebagai moderator.

Seperti diberitakan, Ketua KPID Bali Komang Suarsana mengimbau semua lembaga penyiaran radio yang bersiaran di Bali menyiarkan Puja Tri Sandya sebagai wujud komitmen mereka memberi kontribusi bagi terjaganya aura dan kelestarian Bali.

Catatan Saya :
Sudah seharusnya media radio siaran harus membawa pesan-pesan positif baik dalam acara hiburan, informasi maupun himbauan kepada pendengarnya, sesuai situasi dan kondisi daerahnya masing-masing. Bali dengan 'Tri Sandya', mungkin Medan dengan sapaan semangat 'Horas', dll.

Read More ..

22 September 2008

Radio Komunitas Tembus Isolasi Informasi

Berita dari Liputan6.com : Tiga tahun lalu, potret kelaparan Yahukimo dipertontonkan. Di ujung timur Indonesia, 55 orang mati karena kelaparan. Akses informasi seakan kalah oleh ganasnya alam. Informasi yang terisolir menimbulkan kesimpang siuran. Penanganan tragedi kemanusiaan pun berjalan sangat lambat.

Isolasi informasi inilah yang ingin ditembus Kantor Berita Radio 68H. Agustus 2006, dua radio komunitas didirikan, yaitu Radio Pikonane di Yahukimo dan Radio Wagadei di Kabupaten Paniai. Tidak adanya listrik menjadi kendala awal.
Dengan teknologi mikro hidro, sumber air dimanfaatkan. Untuk pertama kali Desa Anyelma, tempat radio komunitas didirikan, terang oleh listrik. Kehadiran radio di daerah terpencil ini disambut meriah penduduk desa. Pesta besar bakar batu pertanda ucapan syukur pun digelar.
Berkat kerja keras menembus keterbelakangan informasi inilah, KBR 68H mendapatkan Danamon Award. Ini lantaran masyarakat Yahukimo telah merasakan nikmatnya bertukar informasi dengan bebas.
Informasi memang sudah seharusnya menjadi milik seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Dan dari suatu pojok di Jalan Utan Kayu, Jakarta, KBR 68H terus berupaya mewujudkannya agar tidak ada lagi daerah yang terisolasi dengan arus informasi.

Read More ..

11 September 2008

Wapres: Radio Lebih Unggul Dibanding Televisi

Berita dari Tempo Interaktif : Zaman sudah berubah. Kini radio tidak lagi menjadi acuan utama masyarakat dalam mencari informasi. Namun Wakil Presiden M. Jusuf Kalla mengatakan, radio punya kelebihan dibanding koran dan televisi. "Radio memiliki sistem informasi tercepat. Dengan telepon seluler kecil saja, radio sudah bisa siaran ke seluruh Indonesia," kata Kalla dalam peringatan Hari Radio ke-63 di auditorium Gedung Radio Republik Indonesia, Kamis (11/9).

Radio, kata Kalla, juga memiliki fleksibilitas tinggi, murah ongkos, dan murah biaya operasional. "Nonton televisi harus duduk, sementara mendengarkan radio bisa di mana saja. Di rumah, di mobil, atau pun di sawah. Pakai radio kecil yang harganya Rp 20 ribu, bisa dikantongi," kata Kalla. Ia menambahkan, dulu radio menjadi primadona. Presiden pun pidato lewat radio. Dulu semua artis terkenal juga lewat bintang radio. "Itu sudah hebat. Mau keroncong, seriosa, semua harus terkenal lewat radio. Soalnya, tidak ada cek dan ricek zaman dulu," katanya. Kalau tidak sempat menonton bola di televisi, tambahnya, pasti mendengarkannya di radio lewat laporan pandangan mata penyiar. "Bahkan kalau penyiarnya salah sebut pemain, kita tidak tahu, kan?" kata Kalla disambut tawa hadirin. "Televisi tidak bisa seperti itu. Itulah enaknya penyiar radio. Kadang-kadang tidak tegang, dikasih tegang, itu terserah dia," kata Wapres Kalla.

Kalla menyebut hal itu sebagai kelebihan masa lalu. Namun yang bisa mengembalikan kejayaan radio, kata Kalla, adalah inovasi. "Sekali lagi, radio tetap dibutuhkan. Mau berapa stasiun televisi, tapi ada 2 ribu radio," katanya. Perkembangan teknologi bisa dibeli tapi inovasi tidak bisa. Ia juga mengingatkan, RRI sudah didukung oleh modal, aset, dan dukungan pemerintah. Karena itu, RRI harus melakukan inovasi. "Harus jadi 'bench marking' dengan berita tercepat," katanya.

Read More ..

09 September 2008

Program Radio Antikemiskinan dan Kelaparan Diluncurkan

UNDP (United Nations Development Programme), Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), Radio Republik Indonesia (RRI) dan Radio 68H meluncurkan program radio antikemiskinan dan kelaparan. Peluncuran dilakukan di auditorium RRI, Jakarta, Rabu (8/9) sore. Program radio bertajuk "Indonesia 2015: Mutlak" ini ditujukan untuk mendiskusikan tujuan pembangunan milenium (Millenium Development Goals, MDGs) yang juga terkait dengan strategi penanggulangan kemiskinan di Indonesia. "Tanpa adanya MDGs, sebagai bangsa, Indonesia sudah meletakkan tujuan ini," kata Menko Kesra ad interim A. Malik Fajar dalam pidatonya yang dibacakan Deputi VI bidang Penanggulangan Kemiskinan, Djoharis Lubis.

Selama ini, katanya, Menko Kesra sudah membuat Strategi Penanggulangan Kemiskinan (SPK) yang sudah disosialisasikan ke daerah-daerah. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan MDGs yaitu mengurangi angka kelaparan dan kemiskinan yang parah yang harus dicapai secara global pada 2015. Tujuan deklarasi MDGs yang ditandatangani 189 negara, termasuk Indonesia pada September 2000 lalu, antara lain: mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, memastikan keberlanjutan lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global dalam pembangunan.

Seri awal program radio ini disiarkan ke seluruh provinsi di Indonesia melalui jaringan stasiun RRI dan jaringan Kantor Berita 68 H selama tiga bulan ke depan. Untuk radio 68H, setiap Rabu pukul 09.00 WIB mulai 15 September 2004, melalui radio RRI setiap Senin pukul 17.00 WIB mulai 27 September 2004. Beberapa topik yang akan didiskusikan antara lain soal penyediaan layanan dasar kunci peningkatan kualitas manusia, pendidikan dasar murah dan bermutu untuk semua, air bersih untuk kawasan kumuh, dan kelompok rawan HIV/AIDS. Dialog ini akan melibatkan LSM, akademisi, wartawan dan wakil pemerintah, yang dipandu oleh Menko Kesra.

Read More ..

08 September 2008

Sudah 3 Tahun RRI Berusaha Menjadi Corong Publik

Radio Republik Indonesia (RRI) di era reformasi sudah melangkah lebih maju. Meski tetap dibiayai melalui APBN, tak ada kewajiban RRI untuk menjadi corong pemerintah. Sejak tiga tahun terakhir, RRI berusaha keras menjadi corong publik. Bahkan, kini tak ada kewajiban radio swasta me-relay warta berita dan siaran lainnya yang dianggap perlu oleh pemerintah. Kenyataan itu diungkapkan Direktur Utama RRI Parni Hadi kepada wartawan, Senin (8/9) menjelang buka puasa, menyambut HUT ke-63 RRI di Jakarta.

"RRI telah menjadi Lembaga Penyiaran Publik (LPP) tiga tahun lalu, tepatnya 11 September 2005. Sejak itu RRI sudah bersifat independen, netral, tidak komersial serta mempunyai tugas memberikan layanan informasi, pendidikan, hiburan sehat, kontrol sosial dan perekat masyarakat serta pelestari budaya bangsa untuk seluruh lapisan rakyat Indonesia," katanya.
Parni Hadi menjelaskan, selama tiga tahun terakhir sesuai dengan perintah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 dan PP 12 tahun 2005, RRI berupaya keras menjadi corong publik, tidak lagi sebagai corong pemerintah seperti zaman Orde Baru. Pemerintah kini adalah mitra RRI, sama halnya dengan unsur legislatif dan yudikatif.

Independensi RRI, demikian Parni, diwujudkan dalam berbagai dialog interaktif yang melibatkan pihak-pihak yang mungkin berseberangan, dengan tujuan mencari solusi demi kemaslahatan publik. Sebagian besar dialog-dialog itu disiarkan secara three in one (audio, visual dan teks/www.pro3.com) bekerjasama dengan stasiun TV di samping melalui saluran uji coba Pro3 TV milik RRI. Siaran RRI sekarang dapat diakses melalui audiostreaming/radio internet.
"Dalam rangka turut serta menjaga kedaulatan NKRI, RRI terus meningkatkan daya pancarnya di daerah perbatasan dan siaran daerah perbatasan melalui program sabuk pengaman informasi. Sedangkan stasiun siaran luar negeri RRI (The Voice of Indonesia) meningkatkan siarannya dalam 11 bahasa asing untuk melayani warga negara Indonesia di luar negeri dan sebagai sarana diplomasi," jelas Dirut RRI itu.

Kepedulian RRI makin menyeluruh. Untuk membantu promosi wisata, RRI melakukan siaran bergerak melalui digital broadcasting dari atas kapal dan kereta api. Untuk meningkatkan komunikasi antara rakyat dan wakilnya di DPR, RRI menyelenggarakan program siaran Parlementaria dan Bersama Wakil Rakyat dari Studio Parlementaria RRI di DPR RI.
"Sadar akan tugasnya untuk turut mendorong pembangunan pedesaan, RRI meningkatkan siaran pedesaan dalam bentuk Development Broadcasting Unit dengan melibatkan kelompok pendengar siaran pedesaan. Peduli pada pembangunan mental spiritual keagamaan, RRI meningkatkan siaran keagamaan, di antaranya kuliah subuh on air di studio maupun pengajian untuk para pendengar secara periodik," kata Parni Hadi.

RRI juga peduli perempuan, remaja, anak, tidak melupakan sejarah. Untuk memberikan layanan informasi dan pendidikan politik bagi masyarakat, RRI adakan siaran Pemilu. Dan menghadapi mudik menyelenggarakan siaran Liputan Arus Mudik/Balik bekerjasama dengan PRSSNI dan ARSSLI. Menurut Parni, RRI kini memiliki 60 stasiun. HUT RRI ke-63 ditandai dengan peresmian ujicoba operasional stasiun RRI Meulaboh, provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, 11 September 2008. Pada saat yang sama ditandatangani kerjasama antara RRI dan Pemda Kaimana, Papua Barat, untuk pembangunan stasiun RRI Kaimana.

Catatan Saya :
RRI bolehlah melebarkan sayap, tetapi kualitas audionya di Jakarta saja, hancur lebur. Coba saja pantau di daerah Menteng. Belum lagi mutu penyiarnya yang tidak independen dan bertele-tele. Tingkatkan terus bung, jangan sampai lengah!

Read More ..