23 Oktober 2009

SDM Penyiaran Radio Masih Minim

Minimnya sumber daya manusia (SDM) penyiaran yang profesional terdapat disejumlah daerah termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB). Akibatnya, penanganan lembaga penyiaran hanya dilakukan ala kadarnya alias tidak mumpuni atau professional. “Banyak radio yang dikelola dengan manajamen on man show alias dikelola secara tumpang tindih. Kadang seorang penyiar merangkap menjadi sales hingga jadi penjaga malam,” kata Wakil Ketua KPID NTB, Sukri Aruman, beberapa waktu lalu di Mataram, Lombok.Akibatnya, jelas Sukri, ini berpengaruh pada isi siaran radionya yang dikemas secara asal-asalan. Misalnya, dalam program berita, ada radio yang melansir berita di koran tapi tidak menyebutkan sumber berita yang jadi rujukan. “Seolah-olah berita itu hasil liputan sang penyiar, padahal dia mengutip dari media cetak. Ini jelas sebuah kesalahan fatal dan melanggar kode etik jurnalistik,” tambahnya.Selain itu, ada beberapa contoh kesalahan yang timbul dari pengelolaan radio yang tidak profesional. Misalnya, ada radio yang membuat program konsultasi kesehatan secara interaktif tanpa melibatkan ahlinya dan hanya mengandalkan kemampuan si penyiar yang sama sekali tidak mempunyai latar belakang keilmuan yang relevan dan memadai. “Ini ditakutkan bisa menyesatkan karena tidak ada jaminan soal kebenaran informasi tersebut,” kata Sukri.Meskipun demikian, ungkap Sukri, di NTB masih terdapat sejumlah radio yang dikelola secara baik dan profesional. “Jumlah tidak banyak, hanya sedikit saja yang memenuhi kriteria lembaga penyiaran yang profesional ,” ungkapnya.

Tidak ada komentar: