27 September 2008

Wartawan Radio Banyak yang Jadi Korban ya?

Kali ini saya ingin merangkum beberapa kejadian sial yang menimpa wartawan radio. Semoga dapat menjadi bahan kehati-hatian bagi rekan wartawan radio dalam meliput berita-beritanya.

1. Di sela-sela peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Bandung. Seorang reporter Radio Trijaya di Bandung M Firman (25) tewas dalam sebuah kecelakaan saat hendak meliput acara puncak peringatan HPN yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Firman tewas setelah mengalami kecelakaan di Jalan AH Nasution, Bandung, sekitar pukul 10.35 WIB. Pada saat itu diketahui hujan turun dengan lebat saat Firman melaju dengan motornya menuju pusat lokasi HPN. Firman selama ini tinggal di Gang Desa, Cibiru, Bandung Timur. Sehari-hari sering melakukan liputan di Gedung Sate, Bandung.

2. Wartawan Radio Elshinta, Iswahyudi, menjadi korban pengeroyokan massa. Dia dipukuli orang tidak dikenal saat meliput kebakaran di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat Rabu (18/7/2007). "Tadi wartawan Elshinta melapor ke Polsek Tanah Abang pukul 01.00 WIB. Informasinya dipukuli warga di Kebon Melati," kata seorang petugas jaga Polsek Tanah Abang kepada wartawan. Petugas itu mengatakan, saat ini Iswahyudi dibawa ke RS Mintoharjo untuk dilakukan perawatan dan visum. Akibat pemukulan itu, Iswahyudi mengalami luka di mata kiri bagian bawah, pelipis mata kiri dan kening.

3. Novi Zakaria (29), juga wartawan Radio Elshinta selama berhari-hari tak dapat tidur nyenyak. Ia mendapat teror SMS yang cukup mengganggu. Dalam SMS dari pengirim yang tak dikenal, ia diancam akan dibunuh. SMS ancaman itu berbunyi "Saat loe nongkrong, ada clurit di leher loe"."Sudah tiga hari ini saya dapat SMS begini," ujar Opie - begitu ia kerap disapa di Polres Jakarta Utara, usai melaporkan kasusnya sambil menunjukan sms ancaman itu dari no 0888 1900 6XX. Ia menduga SMS itu dilayangkan dari orang yang geram atas pemberitaan yang ia angkat. "SMS itu saya terima setelah saya memberitakan perselingkuhan anak pejabat di lingkungan militer.

4. Wartawan seringkali juga mengabaikan keselamatan dirinya dalam melakukan liputan. Terapung-apung 5 jam di laut karena kapal yang ditumpangi kehabisan bahan bakar menjadi pengalaman apes sejumlah wartawan usai meliput bangkai KM Levina yang terbakar di Laut Jawa. Kejadian ini menimpa sejumlah wartawan Radio Trijaya dan Radio Elshinta beserta wartawan media lainnya pada Jumat 23 Februari 2008.

5. Sabtu (27/9/2008), sekitar pukul 13.30, penganiayaan dan perusakan terjadi kepada dua wartawan, yakni kontributor Global TV di Pontianak Denny Juniardi dan serta kameramen Indosiar yang juga kontributor Radio Elshinta di Pontianak Nasir Putera, saat mengambil gambar pembongkaran kayu di PT WBA dari atas perahu motor di Sungai Kapuas. Saat hendak pulang, perahu motor yang ditumpangi wartawan itu dikejar dan dicegat dua kapal motor milik pekerja kayu di PT WBA.

6. Sahrozi (45), wartawan Elshinta di Bandung dibacok oleh dua orang tak dikenal di dekat rumahnya di Komplek Suaka Indah Kelurahan Leuwigajah Kota Cimahi, pukul 08.30 WIB Rabu (14/5/2008). Si pembacok berhasil menggondol tas milik Sahrozi yang berisi uang Rp 15 juta. Menurut rekan kerja Sahrozi, Denay Lesmana menuturkan sekitar insiden ini bermula saat Syahrozi di depan pos RT 2 RW 12 Komplek Suaka Indah, tiba-tiba dia dihadang oleh dua orang yang menggunakan helm. Kedua orang itu berusaha merebut tas yang pegang oleh Sahrozi. Namun Sahrozi berusaha mempertahankannya, sehingga terjadi pergumulan. Karena kekuatan tak seimbang, akhirnya Sahrozi roboh saat salah satu pelaku mengeluarkan golok dan membacok kedua tangan, telinga kanan, dan juga kaki.

Tentu saja banyak nama-nama korban lain yang tidak sempat saya rangkum di blog saya ini, tetapi sekelumit tulisan saya diatas menunjukan wartawan radio sekarang ini punya resiko yang sama dengan wartawan media lainnya, tidak seperti 10 tahun lalu, dimana radio hanya dianggap sebagai media hiburan dan hobby semata.

5 komentar:

Anonim mengatakan...

Semoga semakin kuat dan besar karena radio mulai diperhatikan

Anonim mengatakan...

Agar menjadi bahan pelajaran yang berguna. Kurangi jatuh korban dalam peliputan berita. Hindari musibah. Salut sama radio sekarang

Indonesian Dreaming mengatakan...

Turut prihatin atas jatuhnya korban wartawan radio. Saya juga pendengar radio berat, hampir lebih 20 jam sehari. Di mobil, di rumah, dikantor. Berita adalah acara favorit saya di radio.

Anonim mengatakan...

Maju terus!!!

Komentar Bebas Buat Seleb mengatakan...

Keliahatannya bukan asal waratwan radio, tetapi lebih kepada trijaya dan elshinta